Ubah Minyak Jelantah Jadi Biogasoline, Mahasiswa UGM Sabet 4 Penghargaan Dunia

Muda dan Menginspirasi

Ubah Minyak Jelantah Jadi Biogasoline, Mahasiswa UGM Sabet 4 Penghargaan Dunia

Bagus Kurniawan - detikNews
Kamis, 24 Mar 2016 16:45 WIB
Ubah Minyak Jelantah Jadi Biogasoline, Mahasiswa UGM Sabet 4 Penghargaan Dunia
Abdul Afif menunjukkan proses mengubah jelantah menjadi biogasoline (Foto: Bagus Kurniawan/detikom)
Yogyakarta - Minyak goreng yang telah dipakai berulang-ulang yang sering disebut minyak jelantah, ternyata bisa diolah. Buktinya, mahasiswa UGM bisa mengubahnya menjadi biogasoline. Minyak ini bisa menghidupkan mesin kendaraan bermotor.

Tiga mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) itu adalah Abdul Afif Almuflih dan Khoir Eko Pamudi dari Departemen Kimia FMIPA serta Endri Geovani dari Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian.

Dari penelitian tentang pengembangan biogasoline dari minyak jelantah (JECO-Gasoline) itu mereka mendapat empat penghargaan tingkat internasional. Yakni gold medal dari World Invetion Intellectual Property Association (WIIPA), gold medal dari Indonesian Invention and Innovation Promotion Association (INNOPA). Selanjutnya bronze medal dari Malaysian Technology Expo (MTE) 2016, dan special award dari Toronto International Society of Innovation & Advanced Skillis (TISIAS) Kanada.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Abdul Afif mewakili teman-temannya mengungkapkan penelitian mengenai pemanfaatan minyak jelantah sebagai biogasoline dilakukan karena Indonesia merupakan negara dengan konsumsi minyak goreng yang cukup tinggi. Selain itu menjadi salah satu negara dengan perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia.

"Limbah minyak jelantah dari rumah tangga hanya dibuang begitu saja dan belum ada yang memanfaatkan. Selain itu, minyak jelantah juga tidak baik untuk kesehatan," katanya kepada wartawan di Laboratorium Panas dan Massa, Pusat Antar Universitas (PAU) UGM, Kamis (24/3/2016).

Menurut dia, penelitian mengenai Biogasoline dari bahan dasar minyak jelantah ini bisa digunakan untuk bahan bakar kendaraan yang ramah lingkungan. Tim memanfaatkan reaksi hydrocracking untuk mengkonversi minyak jelantah menjadi biogasoline. Penelitian dilakukan dengan menggunakan tanah liat atau clay yaitu bentonit terpilar alumina (AI) yangย  mudah didapat di alam.

"Tanah liat diaktifkan dengan logam kadium (Cd) sebagai katalisatornya," papar Afif.

Alat-alat yang dipakai untuk mengubah jelantah menjadi biogasoline (Foto: Bagus Kurniawan/detikcom)

Produksi biogasoline dimulai dengan pembuatan katalis sebagai media konversi minyak jelantah. Selanjutnya proses produksi dilakukan melalui proses hydrocracking. Minyak jelantah dipanaskan dalam tanur listrik kemudian akan menguap mengalir melewati katalis. Setelah itu hasilnya akan menetes menjadi campuran biogasolin dan biodiesel yang selanjutnya dipisahkan menggunakan metode destilasi. ย 

"Hasilnya bisa memproduksi sekitar 42 persen biogasoline (bensin) dan 29ย  persen biodiesel (biosolar). Sehingga dalam 1 liter minyak bisa memproduksi sekitar 420 ml yang terdiri dari 240 ml biogasoline dan 180 biodiesel," katanya.

Endri Geovani menambahkan katalis yang mereka kembangkan menggunakan tanah liat ini dapat digunakan secara berulangkali. Dengan demikian memungkinkan masyarakat untuk memproduksi sendiri biogasoline atau biodiesel dari minyak jelantah maupun minyak goreng fresh.

"Pembuatnnya lebih simpel dan proses produksi lebih cepat. Karena dalam proses pembuatannya hanya melalui dua tahap, yakni pembuatan katalis dan proses produksi menggunakan metode hydrocracking," kata Endri Geovani.

Dia berharap hasil penelitian yang mereka lakukan ke depan bisa dikembangkan lebih lanjut. Selain itu dapat diproduksi sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. (bgs/trw)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads