Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal Rudy Sufahriadi mengatakan bahwa Brother lari dari kelompok Santoso. Saat melarikan diri itulah Brother kelaparan.
Dari Brother inilah diketahui bahwa kelompok jaringan Santoso mulai pecah kongsi. Kepada polisi, Brother mengaku bahwa amaliyah kelompok Santoso sudah menyimpang dari ajaran Islam. Santoso juga dianggap tak pantas menjadi figur pemimpin dalam gerakan jihad di Poso.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sesama anggota kelompok Santoso juga terjadi perdebatan soal amaliah. Beberapa anggota kelompok Santoso menghalalkan amaliah yakni membunuh warga sipil yang sudah tua dengan cara dipenggal. Anggota kelompok yang tidak setuju dengan pendapat tersebut akhirnya memilih kabur.
"Sehingga hal ini pun menimbulkan perdebatan antara anggota kelompok. Karena ada beberapa anggota kelompoknya juga yang bertentangan, sehingga tidak tahan dan memilih kabur," jelasnya.
Perdebatan antara sesama anggota jaringan ini kian meruncing saat Santoso mengeluarakan fatwa bahwa orang yang kabur dari hutan adalah murtad. Santoso juga menghalalkan kepada anggotanya untuk membunuh anggotanya yang dianggapnya 'murtad'.
Tersangka juga menilai kelompok Santoso sudah tidak kompak dan tidak jelas arah serta tujuannya. Di antara para anggota kelompok juga sudah mulai timbul egoisme masing-masing.
"Intinya tersangka sudah tidak kuat dan tidak tahan lagi dengan penderitaan," kata Rudy.
(mei/erd)











































