Anggota Fraksi Partai Demokrat DPR M Nasyit Umar menyebut program System of Rice Intensification (SRI) dapat diandalkan untuk meningkatkan hasil panen padi. Ia pun berharap agar pemerintah menggalakkan program ini agar kesejahteraan petani semakin lebih baik lagi.
Metode SRI dalam penanaman padi ini adalah dengan memperhitungkan kelola tata air dalam penanaman. Nasyit yang merupakan pakar pengairan sudah pernah mencoba bekerja sama dengan Jepang saat ia dulu menjabat sebagai Kepala Dinas Perairan Provinsi Sulsel.
"Bisa dilakukan di daerah-daerah irigasi, yang sudah terdaftar semua. Karena sistem pemberian airnya tidak secara tradisional. Tradisional itu, petani baru puas kalau pematangnya air penuh setinggi 20 cm, seharusnya itu cukup macak-macak. Cukup 5-10 cm aja. Sebelum air habis, dimasukkan lagi," ungkap Nasyit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Padi ini bukan tanaman air, butuh oksigen/udara. Kalau dia nggak banyak airnya, oksigen bisa masuk ke pengakaran sehingga buahnya akan lebih besar dan banyak. Bibit yang dipakai juga efisien, hanya 25 persen dari biasa," jelas Anggota Komisi IV DPR itu.
Dengan metode SRI, petani hanya perlu menyebar satu atau dua bibit untuk satu tanaman namun hasilnya akan menjadi banyak. Sehingga melalui cara ini selain menghemat air, hasil yang didapat dua kali lipat dari biasanya untuk sekali panen.
"Dengan satu bibit sudah bisa menghasilkan anakan sampai 50-60, rumpunnya lebih banyak dengan satu biji bibit. Karena oksigen masuk. Bisa menghasilkan dua kali lipat dari pada biasanya. Misalnya dia 4 ton biasanya, bisa sampai 8 ton. 5 jadi 10 ton," tutur Nasyit.
Pemerintah sendiri disebutnya sudah menerapkan metode SRI, hanya saja belum maksimal. Selain di Sulsel, beberapa daerah yang telah menggunakan metode SRI seperti NTB dan NTT. Nasyit berharap agar pemerintah mau menggalakkan program ini.
"Pemerintah support tapi ndak maksimal. Saya harapkan pemerintah mau meningkatkan lagi dan menerapkan program SRI ini keseluruh petani untuk kesejahteraan petani. Bayangkan kita satu kali panen bisa 2x lipat. Bagaimana kalau dua kali panen? Bisa 4x lipat," kata Nasyit.
"Sampai sekarang dilakukan. Hasilnya bagus, 9-10 ton per hektar, 2x lipat dari jumlah panen dan ini harusnya dikembangkan oleh pemerintah. Hanya pemerintah melakukan ini secara bertahap, ndak sekaligus. Kalau ndak salah tahun ini cuma sekitar 200 ribu hektar," sambungnya.
Diperlukan peran pemerintah agar program SRI bisa berhasil secara nasional. Pasalnya ada beberapa hambatan termasuk dari pola pikir petani dalam menanam padi. Di mana pada umumnya petani baru puas menanam jika air di pematangnya banyak. Metode SRI juga akan semakin lebih bagus lagi jika pupuk yang digunakan adalah organik.
"Sosialisasi penting dan kemauan pemerintah untuk menerapkan metode ini. Padahal ini bagus sekali, dan kita jadi hemat air hanya 40-60 persen dari biasanya. Bayangkan 7 juta hektar di Indonesia, kalau 2 juta saja dua kali tanam dan menghasilkan dua kali lipat, kita tidak perlu lagi perluasan area," terang Nasyit.
Selain tata air, ada metode lain yang dapat berguna bagi petani untuk hasil panen yang lebih baik. Yakni metode untuk mengurangi biaya operasional pengolahan tanah. Yakni jika padi hasil panen ditinggalkan di tanah setinggi 5 cm.
"Jadi 5 centi batangnya itu tidak perlu diolah tinggal dimasukkan air, lalu akan tumbuh kembali seperti padi biasa dan hasilnya akan sama dengan saat dia panen sehingga ini akan mengurangi biaya pengolahan tanah. Petani jadi lebih untung dan efisien," tutur Nasyit.
Meski begitu, master lulusan ITB tersebut mengakui bahwa pemerintah saat ini cukup memberi perhatian besar bagi kalangan petani. Yakni dengan memberikan banyak bantuan serta menjamin petani bahwa beras hasil panennya pasti akan dibeli melalui Bulog.
"Buktinya tahun ini untuk alat pertanian saja sekitar 3 triliun. Mulai dari pompa air, traktor, alat tanam, pupuk, alat potong, pasca panen ada diberi alat untuk mengolah padi, mesin giling. Sudah cukup baik ya," ucapnya.
Hanya saja Nasyit berharap agar pemerintah mau serius dalam menggarap program SRI. Dengan demikian pemerintah tidak perlu banyak-banyak melakukan cetak sawah karena petani bisa mendapatkan hasil dua kali lipat untuk sekali paneh.
"Karena ini bagus. Saya harap pemerintah mau lebih serius lagi garap program SRI," tutup Nasyit. (elz/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini