"Secara teknis, tidak ada yang bisa mengalahkan Ahok. Bukan Ahoknya yang kuat, tapi di belakangnya yang kuat. Biar Ahmad Dhani yang ikut mengawal demokrasi," ujar Dhani dalam jumpa pers di kediamannya, Jalan Pinang Emas III, Pondok Indah, Jakarta Selatan, Senin (21/3/2016).
Meski mengakui kekuatan 'lawan' politiknya, Dhani yakin dirinya juga punya peluang mengalahkan Ahok pada Pilgub DKI tahun 2017. Dhani mengibaratkan perjuangan politikyna seperti perjuangan Indonesia melawan para penjajah yakni Belanda dan Jepang. "Terlampau kuat orang-orang di belakang Ahok. Tapi Ahmad Dhani akan terus mengawal proses demokrasi ini," ujar Dhani kembali mengulangi perkataannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kaya tahun '30-an, zaman Sukarno. Nggak mungkin saat itu Sukarno dan rakyat menang melawan Belanda. Tapi ada yang namanya kosmis, tiba-tiba, tahun '42, Jepang datang ke Indonesia yang menyebabkan Belanda pergi. Selain itu, di negerinya sendiri Belanda diduduki Jerman, dijajah," tutur Dhani.
Soal kekuatan di belakang Ahok, Dhani menyebut besarnya sokongan para konglomerat. Karena dukungan konglomerat tersebut, Dhani menganggap Ahok tidak bisa disebut sebagai calon independen.
"Netizen itu kan kebanyakan apolitis (tidak paham politik,red). Karena itu mereka naif, gampang percaya. Mereka pikir, Ahok itu independen. Tapi dia tidak independen atas konglomerat. Mereka berpikir Ahok independen, nggak mau diatur partai, tapi dia diatur konglomerat," tuturnya.
Saat ditanya wartawan mengenai konglomerat yang dimaksud, Dhani menolak bicara detil.
"Silakan tanya Ahok, pergi kemana dia saat Imlek. Salah satu bosnya adalah yang didatangi Ahok pada saat Imlek. Karena paham China itu kan, orang yang didatangi saat Imlek itu adalah orang yang paling penting. Itu salah satu konglomerat yang saya maksud," ujar Dhani. (fdn/fdn)











































