"Ingin memberikan kabar gembira bahwa dalam berapa bulan terakhir ada tujuh ekor badak yang lahir. Di kalimantan 15, taman nasional 57," kata Menhut Siti Nurbaya di kantornya, Jl Gatot Subroto, Senin (21/3/2016).
Menurut Siti, diperkirakan data konservasi satwa yang dilindungi naik 10 persen. Hal itu ada di dalam data proyeksi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Populasi Gajah Turun Tiap Tahun
Di samping kabar bahagia itu, Siti sedih karena jumlah populasi gajah menurun tiap tahun. Dari tahun 2014-2015-2016, Siti menyebut ada 83 ekor gajah liar yang mati, daerah yang paling banyak ada di Riau ada 44 ekor. Lalu di Aceh ada 26 ekor, di Lampung ada 11 ekor, Bengkulu 5 ekor, Jambi 4 ekor, Sumsel 2 ekor, Sumut 1 ekor.
"Rata-rata mati karena diracun dan sebagian karena perburuan," kata Siti.
Gajah yang meninggal di pusat pelatihan gajah sejak tahun 2014 hingga 2016 ada 11 ekor, sedangkan gajah yang lahir ada 8 ekor. Menurut Siti kondisi itu dikarenakan habitat gajah terjepit.
Menurutnya ada tiga daerah yang habitat populasi gajahnya berisiko tinggi. Siti menyebutkan daerah yang berisiko tinggi itu di sekitar Aceh kira-kira 334.540 hektar, Riau 633.837 hektar dan Jambi 689.803 hektar.
"Total 1,67 juta hektar ini habitat yang berisiko tinggi gajah habitatnya mati," kata Siti.
Siti mengingatkan kalau pemerintah mewaspadai peningkatan habitat yang berisiko bagi gajah. Ia mengkhawatirkan keadaan seperti itu kalau tidak berhati-hati rawan dan mencapai 2,96 juta hektar daerah rawan habitat.
"Artinya pemerintah mewaspadai itu dan kita mengantisipasi dan menjaga kantong-kantong populasi gajah dan kita perhatikan sebab dan segala macam, dan upaya dilakukan. Sebab kematian apa yang dilapangan," kata Siti. (hri/hri)