"MRT itu kurang kontrol dan (ada) pengabaian, tidak bisa membiarkan konsultan dan kontraktor bekerja seenaknya. Makanya sejak tahun ini mereka bekerja lebih ketat," kata Ahok di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin (21/3/2016).
Kini Ahok tak mau mendengar lagi adanya keterlambatan tahapan pembangunan MRT. Dia menyebut contoh-contoh teknis soal hal hambatan proyek yang mengakibatkan keterlambatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masalah-masalah teknis ini memang harus dipastikan betul agar tak menghambat tahapan proyek. Bila sampai terhambat, maka kontraktor yang bersangkutan akan kena sanksi.
Namun sanksi saja sebenarnya juga tidak cukup. Soalnya, ketaksempurnaan kerja kontraktor sudah terlanjur membuat kegagalan tahap proyek MRT. Ibaratnya, seorang 'baby sitter' alias pengasuh yang menewaskan bayi, sudah dihukum oleh orang tua bayi, tapi bayi tetap tak bisa bangkit dari kematian.
"(Analoginya) baby sitter sudah saya pecat, bila perlu saya penjarakan, tapi anak kamu sudah tewas. Apa gunanya? Maka saya bilang ini enggak bisa seperti itu. Kerja itu mesti ditunggu, masak harus saya yang menunggui? Kalau enggak, saya bilang saya akan ganti kalau kerjanya. Masa saya mesti mengurusi sampai teknis MRT?" kata Ahok.
Kerugian kini di depan mata akibat pembangunan MRT tersendat. Penundaan proyek bisa sampai enam bulan. MRT jadi tidak bisa digunakan saat hajatan Asian Games 2018, karena diperkirakan baru bisa digunakan pada Januari hingga Februari 2019.
"Kita mengalami 'delay' bisa sampai enam bulan. MRT tidak siap dipakai untuk Asian Games," tutur Ahok.
Namun itu tak jadi soal untuk gelaran Asian Games. "Enggak masalah. Kita pakai Bus Rapid Transit enggak masalah," kata Ahok. (dnu/bag)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini