Meski terlihat luas, ruangan bekas kandang kambing yang disulap menjadi tempat tinggal itu terlihat kumuh. Sebagian dinding dan atap kayu terlihat sudah mulai rapuh tergerus cuaca. Di dalam ruangan beralaskan tanah itu terdapat sebuah dipan terbuat dari bambu beralaskan tikar, sehari-hari Mak Ikah tidur di atasnya.
"Kalau hujan suka kena 'iris' (bocor) emak geser kepinggir, kalau masih basah ya terpaksa emak tidurnya sambil duduk di tempat kering," lirih Mak Ikah saat ditemui detikcom sekitar pukul 16.00 WIB, Minggu (20/3/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Suami saya kena penyakit setruk, dia tinggal bersama anak pertama saya. Saya sendiri pernah tinggal di sana tapi kasihan. Anak saya kerjanya serabutan punya tiga anak. Suami saya sudah diurus sama dia juga saya sudah bersyukur, nggak mau nambah beban lagi," jelas Mak Ikah soal alasan tak tinggal bersama putra sulungnya.
Foto: Mak Ikah mengangkut kayu bakar (Syahdan/detikcom) |
Mak Ikah berkeinginan merehab bekas kandang kambing yang kini dia tinggali. Namun keterbatasan uang membuatnya tak mampu mewujudkan keinginannya itu. "Buat makan sehari-hari aja susah, saya juga paham kondisi anak-anak yang juga kesulitan. Jadi saya juga nggak mau maksain," lanjutnya lagi.
Untuk makan sehari-hari Mak Ikah terpaksa menjadi kuli 'ngored' (menyabit rumput) di kebun tetangganya. Jika tak ada yang mempekerjakannya, dia mengandalkan pemberian dari tetangga dan anaknya. "Kalau anak saya dapat rezeki saya suka dikasih, itu juga tiga bulan sekali paling besar Rp 100 ribu," ujarnya.
Sementara itu, Iman (33) tokoh pemuda Desa Cikujang menyebut warga sebenarnya tidak menutup mata atas nasib Mak Ikah yang tinggal di bekas kandang kambing. Beberapa kali dia dan Aho putra sulung Mak Ikah mencoba mencari bantuan namun tak berhasil.
"Kalau bicara swadaya masyarakat atau ngandelin ke warga agak sulit, karena mayoritas warga di sini masih berstatus prasejahtera. Begitu juga anak-anak beliau, memang kerja tapi itu hanya cukup untuk anak anak dan istrinya. Saya pernah mengajukan terkait Mak Ikah ke pihak desa, dan katanya 6 bulan yang lalu sudah didata tapi sampai sekarang belum ada kejelasannya," terang Iman. (miq/miq)












































Foto: Mak Ikah mengangkut kayu bakar (Syahdan/detikcom)