Memang tidak ada selebrasi untuk Earth Hour tahun ini di Semarang. Semua diserahkan kepada masing-masing orang untuk kesadaran mematikan lampu pukul 20.30 sampai 21.30.
Di Jalan Pahlawan, meski gelap, beberapa komunitas tetap berkumpul, begitu juga para pedagang jagung serut. Gedung Polda Jateng di ujung Jalan Pahlawan juga tidak sebenderang biasanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu beberapa ruas jalan yang dimatikan lampu penerangannya yaitu Jalan Pahlawan, Simpang Lima, Pandanaran, Jalan Pemuda, dan Tugu Muda. Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi juga sudah mengingatkan warga lewat media sosial menjelang Earth Hour dengan hastag #AksiBukanSelebrasi dan #SMGEarthHour2016.
Pria yang akrab disapa Hendi itu juga mematikan seluruh lampu di rumahnya di daerah Lempong, Semarang. Otomatis, seluruh kampungnya juga jadi gelap selama satu jam. Hendy dan istrinya berkumpul di ruang tamu ditemani cahaya lilin, kemudian ia berkeliling melihat Kota Semarang.
Ia beranjak dengan mobilnya dan mulai berkeliling ke jalanan yang mematikan lampu penerangan. Hendi mengatakan sudah sewajarnya warga Semarang berpartisipasi dalam Earth Hour karena penghargaan yang sudah diraih yaitu Earth Hour City Challenge (EHCC) kategori National Earth Hour Capital 2014 di Vauncouver, Kanada.
"Oleh karena itu sudah seharusnya Kota Semarang terus ikut berpartisipasi dalam menyambut Earth Hour," kata Hendi sebelum berkeliling Semarang, Sabtu (19/3/2016).
Ia berharap aksi tersebut juga bisa menjadi imbauan kepada masyarakat agar hemat listrik. Sebagai kepala daerah, ia pun memberikan contoh meski tanpa selebrasi.
"Kepada warga Kota Semarang dihimbau ikut dalam aksi sekecil apapun," tandasnya. (alg/hri)








































.webp)













 
             
  
  
  
  
  
  
 