"Di tahun 2015, ada suatu tragedi... Antara warga Kampung Pulo dan aparat, saling bergerak. Yang semakin rumit. Sampai-sampai mobil deko dibakar. Yang tak dibayar...Pemerintah zaman sekarang ngomongnya cuma doang dan bebek dibayar. Enggak tahunya ...Kami sebagai warga Kampung Pulo kehilangan tempat tinggal Gara-gara mereka yang kurang ajar. Cuma janji-janji doang"
Petikan lirik lagu itulah yang dinyanyikan salah seorang warga bernama Fahri (38) yang merupakan salah satu warga pemukiman kampung pulo yang direlokasi ke Rusun Jatinegara. Lewat lagu ciptaannya yang berjudul 'Tragedi Penggusuran Kampung Pulo' ia bercerita bagaimana kendaraan berat dan aparat satpol PP mengusir mereka dari tempat tinggalnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iya, itu masa lalu. Ya enggak apa-apa. Beliau ngadu, boleh. Kan gitu kan," kata Djarot di Rusun Jatinegara Barat, Jakarta Timur, Sabtu (19/3/2016).
Djarot memahami, bahwa penggusuran yang terjadi beberapa waktu lalu itu merupakan sebuah catatan sejarah yang buruk. Namun ada satu hal yang terlewat, Pemprov DKI telah berupaya memberikan kompensasi kepada warga kampung pulo berupa tempat tinggal yang layak di Rusunawa.
"Itu sejarah kelam di masa lalu dan memang seperti itu kejadiannya. Tapi sekarang, pemerintah sudah menyediakan tempat hunian yang cukup layak, nyaman, dan betul-betul kita perhatikan aspek-aspek mendasar dari pada warga. Misalnya pendidikan, kesehatan, berkesenian, berkebudayaan," paparnya.
"Yang jelas, pemerintah berkomitmen untuk menyediakan tempat hunian yang layak, yang lebih manusiawi, dan bisa kita rasakan sekarang, banjir sudah berkurang drastis di Jakarta," ungkap Djarot. (adf/rvk)











































