"Pertama, perbaikan kualitas tenda di Arafah agar dibuat permanen dan lebih kokoh," kata Lukman dalam keterangan pers yang diterima detikcom, Rabu (16/3/2016).
Berdasarkan pengalaman yang terjadi pada tahun 2015, beberapa tenda jamaah Indonesia roboh karena tertiup angin kencang. Lukman meminta, setidaknya tenda di Arafah dibuat seperti di Mina sehingga tak ada lagi insiden tenda roboh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Oleh karena itu diperlukan pembangkit listrik yang relatif permanen di Arafah," kata Lukman.
Kemudian untuk fasilitas tenda di Mina, Lukman meminta agar dibuat bertingkat. Luas wilayah Mina sekitar 7,8 kilometer persegi, namun yang dapat ditempati hanya 4,8 kilometer persegi. Sebab selebihnya adalah pegunungan batu. Sementara itu, ketika menginap di Mina, seluruh jamaah haji diharuskan berada dalam kawasan ini. Padahal, total jamaah haji setiap tahunnya berkisar 2 juta orang, sangat padat.
"Tenda jamaah di Mina perlu dibuat bertingkat seperti Jamarat (tempat lontar jumrah), sehingga tidak ada jamaah yang ditempatkan di luar Mina," ucapnya.
Lukman juga meminta agar pemerintah Arab Saudi menyediakan fasilitas pos kesehatan darurat pada rute jamaah dari tenda di Mina menuju Jamarat. Keberadaan pos kesehatan ini penting untuk mengantisipasi jamaah yang membutuhkan pertolongan kesehatan darurat dalam perjalanan dari Mina ke Jamarat atau sebaliknya.
"Tahun lalu kita melihat kondisi seperti itu tidak bisa dilayani dengan baik karena keterbatasan sarana kesehatan bagi jamaah haji," keluh Lukman.
Tak lupa, Lukman juga menagih santunan bagi korban crane di Masjidil Haram. Menteri Haji Saudi memastikan bahwa pencairan dana tersebut sudah hampir memasuki tahap akhir.
"Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi, semua jamaah dari berbagai negara yang menjadi korban akan mendapatkan santunan," tuturnya.
(khf/kha)