Meski Tolak Digusur, Warga Kolong Tol Penjaringan Mulai Bongkar Bedengnya

Meski Tolak Digusur, Warga Kolong Tol Penjaringan Mulai Bongkar Bedengnya

Ahmad Masaul Khoiri - detikNews
Rabu, 16 Mar 2016 17:14 WIB
Foto: warga mulai robohkan bedengnya sendiri (Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)
Jakarta - Warga yang tinggal di kolong Tol Penjaringan menolak rencana penertiban yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta. Meski demikian, sudah ada beberapa warga yang mulai merobohkan sendiri bedeng terbuat dari tripleks yang mereka tinggali.

Tampak sekitar 20 bedeng sudah mulai dirobohkan oleh penghuninya. Mereka mengaku takut karena sudah mendapatkan dua kali Surat Peringatan (SP II) dari Kelurahan Penjaringan. Namun barang-barang rumah tangga seperti kasur, kipas angin, kompor dan sebagainya masih berada di dekat bedeng yang telah rata dengan tanah tersebut.

"Nggak tahu mau ke mana. Jadi ngemper aja di sini," ujar Warsitem (46) yang berasal dari Purwokerto di kolong Tol Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu (16/3/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

suasana kolong Tol Penjaringan


Sebagai pemilik KTP Jakarta yang sudah 5 tahun tinggal di kolong Tol Penjaringan, Warsitem sebenarnya tak keberatan jika harus pindah ke rumah susun sewa Marunda yang disediakan oleh Pemprov DKI. Namun ia memiliki 7 anak yang segera menghadapi ujian sekolah, sehingga ia keberatan jika penggusuran tetap dilakukan saat ini.

Hal serupa dikatakan oleh ibu rumah tangga lainnya, Fatimah (29), asal Rangkasbitung, Kabupaten Lebak. Dia mengeluhkan jarak rusun yang cukup jauh dari lokasi tinggalnya saat ini. Sebab anak-anaknya bersekolah di kawasan Penjaringan, sehingga dia butuh biaya lagi untuk transportasi Marunda-Penjaringan setiap hari.

"Kita nggak mampu kalau jauh-jauh. Per hari suami saya penghasilannya Rp 20-30 ribu, kalau sepi Rp 15 ribu. Mana mampu kita," katanya.

Ada juga warga lain yang sudah membangun bedengnya lebih layak dengan lantai berlapis keramik. Rata-rata tinggi bedeng di kolong Tol Penjaringan sekitar 1,5 hingga 2 meter. Masing-masing keluarga ada yang menyewa lebih dari 1 bedeng dan membayarnya ke pihak lain.

suasana kolong Tol Penjaringan


Mayoritas warga kolong Tol Penjaringan bekerja serabutan, mengamen atau berjualan. Mereka menyadari lokasi yang ditinggali adalah jalur hijau yang merupakan kawasan terlarang untuk tempat tinggal. Namun hampir semua menolak penggusuran dengan berbagai alasan.

"Saya tinggal di atas tanah milik PT Rumija. Ini jalur hijau belum dimanfaatin lalu kita gunakan, kita ngikutin yang dulu-dulu," kata Ani (36).

Menurut warga setempat, tidak ada aktivitas negatif yang dilakukan warga kolong Tol Penjaringan, berbeda halnya dengan kawasan eks lokalisasi Kalijodo. Sehingga warga merasa penggusuran ini tak tepat. "Ini ada TPA baru 2 bulan jadi, dibangun dari iuran warga. Jangan disamakan kayak kalijodo. Di sini gak ada kegiatan negatif. Malah kegiatannya rohani semua," tutur warga RW 16 RT 9 Kelurahan Penjaringan ini.

TPA di kolong Tol Penjaringan


(khf/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads