Kenapa Riau Mengalami Kebakaran Hutan di Februari?

Kenapa Riau Mengalami Kebakaran Hutan di Februari?

Yulida Medistiara - detikNews
Senin, 14 Mar 2016 13:45 WIB
Foto: Yulida/detikcom
Jakarta - Perkembangan fenomena El Nino 2015-2016Β  masih ada walau masih dalam kategori sedang. Musim kemarau di Indonesia memiliki perbedaan di setiap daerahnya, ada yang lebih dulu dan ada yang terlambat. Di Riau terjadi kebakaran hutan karena mengalami kemarau lebih dahulu.

Pada Februari 2016, daerah yang lebih dulu mengalami kemarau adalah pesisir timur Sumatera Utara dan Riau. Daerah tersebut disebut pola hujan ekuatorial (daerah sekitar khatulistiwa) yang memiliki pola yang berbeda dengan wilayah Indonesia lain karena punya dua puncak musim hujan dan dua musim kemarau setiap tahunnya.

"Wilayah yang perlu diwaspadai adalah Riau bagian timur, Sumatera Utara bagian timur, dan Sulawesi Selatan bagian tengah di prediksi awal musimΒ  kemarau maju 20-30 hari dengan sifat hujan di bawah normal (rendahnya curah hujan)," kata Kepala BMKG Andi Eka Sakya, di kantornya, Jl Angkasa, Jakarta Pusat, Senin (14/3/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kondisi curah hujan di wilayah Riau khususnya di wilayah pesisir Timur (Dumai, Bengkalis, Siak, Rohil dan Meranti) umumnya di bawah normal atau peluang curah hujan di wilayah Riau masih dalam kategori rendah. Turunnya curah hujan telah terjadi sejak bulan Februari dan diprediksi akan hujan kembali pada April.

"Prakiraan dan peluang hujan setiap 10 hari dari akhir Maret nanti. Pertengahan Maret-10 hari ke depan (akhir Maret) menunjukan peluang hujan rendah di Sumatera sebelah timur. Maret-April pertama masih kuning (sedang). Di Kalimantan dan Sulawesi dan sebagian di Maluku itu menggambarkan daerah hujan tipe equatorial mereka mengalami fase pertama kemarau. Pada Februari-awal April akan memasuki kemarau hingga musim hujan datang dan kemarau lagi," jelas Andi.

Sementara itu, Andi mengatakan kalau hotspot atau titik panas berkaitan dengan tendensi dari pola wilayah yang punya curah hujan ekuatorial. "Ada yang punya dua kali musim kemarau sekarang kita memprediksi Riau itu menjadi lebih pendek," kata Andi.

Karena dua kali musim kemarau dan hujan, Andi mengatakan musim kemarau di Riau lebih panjang dari biasanya. Seharusnya menurut dia pada bulan Maret sudah mulai hujan, tapi ini sampai pertengahan April baru akan hujan. Maka ia mengimbau semua harus mulai waspada. Sementara pada Juli-September Riau akan mengalami kemarau lagi.

"Jadi memang yang harus disadarkan masyarakat wilayah Indonesia luas. Karakteristiknya berbeda dari yang satu dan lain. Oleh karenanya Pemda harus paham dengan karakteristik di wilayahnya masing-masing. Dengan begitu mereka bisa melakukan persiapan, kesiagaan untuk mengantisipasi terutama dengan banjir atau potensi kebakaran hutan," kata Andi.

Sementara indeks indeks El Nino hingga kini 1,51 derajat celcius, Andi mengatakan kalau di atas 2 sudah sangat luas. Namun sekarang El Nino sudah mulai turun. "Kalau dibandingkan pada 1998 El Nino tampak lebih besar, tapi kita lihat trennya turun. Nanti pada bulan April, Mei, Juni sudah memasuki masa netral," imbuh Andi.

Andi mengatakan, secara tersebar musim kemarau di Indonesia ada yang lebih awal dan terlambat dibandingkan rata-rata data selama 30 tahun terakhir. Daerah yang lebih awal kira-kira 21,1%, kemudian yang lainnya terlambat. Data perkiraan hingga kini, mayoritas pada Mei dan Juni akan terjadi musim kemarau di wilayah Indonesia. (hri/hri)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads