Kabar Air Got Berkembang, Pedagang Es Teh di Monas Berkurang

Kabar Air Got Berkembang, Pedagang Es Teh di Monas Berkurang

Aditya Mardiastuti - detikNews
Minggu, 13 Mar 2016 17:27 WIB
Foto: Dokumentasi Satgas Satpol PP DKI Kecamatan Gambir
Jakarta - Tak semua pedagang es teh di Monas menggunakan air buangan untuk mencuci gelas seperti pedagang yang ditangkap Satpol PP. Pedagang lainnya, Suryati, mengklaim sejak awal menggunakan air matang dan gelas sekali pakai.

Sejak ramainya pemberitaan soal air got untuk es teh, penjual es teh di sekitar Monas memang sepi. Pada pukul 16.30 WIB, Minggu (13/3/2016) detikcom hanya melihat beberapa pedagang di sekitar Jalan Veteran I dan dua pedagang di Jalan Merdeka Utara.

Kabar tersebut membuat para pembeli lebih hati-hati. Imbasnya, tentu saja pada pedagang lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya jualan kopi dan mie instan sekarang sepi. Dua malem ini saya nggak bisa dagang. Jam 23.00-03.00 WIB nggak boleh dagang sama Satpol PP, jam segitu kita jualan buat anak-anak muda yang biasa nongkrong," kata Suryati yang mengaku sudah berjualan sejak tahun 2009 di kawasan Monas.

Berdasarkan aturan Pemprov DKI, berjualan di Monas memang dilarang keras. Sejumlah upaya sudah dilakukan untuk menjauhkan pedagang, namun dalam beberapa kasus, sering terjadi perlawanan. Para pedagang pun kucing-kucingan, sampai akhirnya kasus es teh dan air buangan terkuak.

"Sejak dirazia itu mereka udah nggak kelihatan, sebelum Pak Yanto (pedagang yang diduga menggunakan air buangan) ada Hengky yang kena. Sejak itu sepi tidak ada yang berjualan es teh di sini," jelas Suryati.

Ibu tiga anak ini mengaku sedih dengan pemberitaan ini. Dia menjelaskan tidak semua pedagang itu jorok.

"Saya dari Pasar Minggu masa iya bawa air dari rumah, saya beli di sini di tempatnya Pak Abas penjual nasi. Satu termos air panas Rp 3 ribu. Gelasnya saya beli di Kota per plastik isi 50 biji untuk ukuran besar Rp 14 ribu kalau yang kecil Rp 8 ribu. Saya sekali pakai, langsung dibuang," jelasnya.


Suyati menunjukkan air yang digunakan (foto; Aditya Mardiastuti/detikcom)


"Sejak muncul berita di TV, tadi ada tetangga saya bilang 'situ jualan kopi dari limbah kereta api ya, soalnya di tv gitu'. Padahal enggak," katanya.

Suryati menjelaskan bahwa sepasang suami istri yang ditangkap oleh Satpol PP pada Rabu (9/3) itu memang sudah lama berjualan di kawasan ini. Keduanya kerap dinasehati oleh sesama pedagang agar tidak meracik minuman di tempat yang jorok namun tidak diindahkan.

"Sudah dibilang jangan bikin disitu itu kan jalanan umum, kita sudah kasih unjuk tempat bersih nggak mau. Itu biasa jadi tempat dia cuci tangan. Jadi itu endapan air hujan, biasa pake air itu," kata Suryati. (mad/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads