Penyidik Subdit Jatanras Polda Metro Jaya hingga kini terus menyempurnakan berkas kasus Jessica sesuai petunjuk jaksa. Penyidik telah meminta keterangan tambahan dari Jessica hingga saksi ahli, seperti ahli psikologi Prof Sarlito Wiryawan. Penyidik bahkan melakukan gelar perkara kasus tewasnya Mirna usai meminum kopi Vietnam yang dibelikan Jessica di Kafe Olivier, Grand Indonesia.
Kasus Jessica yang seakan 'tenggelam' kini mencuat lagi ke permukaan lagi dengan munculnya beragam asumsi motif. Meski penyidik belum menarik kesimpulan seputar motif Jessica meracuni Mirna, namun sejumlah pakar bahkan ayahanda Mirna, Darmawan Salihin, angkat bicara tentang motif Jessica meracuni Mirna.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut 4 motif Jessica Racuni Mirna:
1. Dendam dan Iri
Foto: Hasan Alhabsy
|
Kirdi mewawancarai Jessica pada akhir Januari, saat Jessica belum ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi. Kirdi mewawancari Jessica dengan mata terbuka, dengan hipnotis forensik alias meningkatkan fokus Jessica dalam keadaan terpejam, dan memadukannya dengan membaca ekspresi mikro wajah. Dia memakai istilah "asumsi motif" karena semuanya masih harus dibuktikan di pengadilan.
"Asumsi motif, yang jelas sepertinya masalah LGBT dan cinta segitiga bukan merupakan asumsi motif yang cukup kuat. Jessica punya pacar laki, Mirna menikah dan bahagia meski dulu LDR di Australia. Arief sering mengunjungi Mirna ke Sydney. Jadi motif cinta segitiga bisa disingkirkan," tutur Kirdi saat berbincang dengan detikcom, Kamis (10/3/2016).
Mengenai asumsi motif cemburu dan dendam, Kirdi mengatakan kata 'cemburu' tak hanya soal pasangan, bisa juga berhubungan dengan pertemanan dan karier. "Kebahagiaan seseorang bisa menimbulkan kecemburuan, iri hati. Kalau iri ke arah yang baik itu envy, kalau jealous hanya digunakan untuk iri yang konotasinya negatif. Jealousnya di sini suatu bentuk kecemburuan, dalam hal lain, seperti masalah keberhasilan, nilai dan sebagainya," paparnya.
Sedangkan asumsi motif revenge atau dendam, menurut Kirdi, bisa jadi Mirna tidak pernah merasa berbuat salah pada Jessica, tapi Jessica pernah 'merasa' disakiti Mirna. Jadi iri dan dendam itu adalah asumsi motif Jessica yang diduga meracun Mirna? "Bisa jadi," jawabnya.
2. Pernikahan Mirna dan Arief
Foto: Rengga Sancaya
|
"Nah kamu artikan sendiri tuh, terjemahkanlah kamu. Itu naluri saya saja," ujar Darmawan usai diperiksa sebagai saksi kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (5/2/2016).
Kecurigaannya itu bukan tanpa alasan. Ada beberapa kejanggalan yang menjadikannya curiga jika pernikahan Mirna dan Arief menjadi motif Jessica. "Saya bilang kalau waktu itu Mirna gak nikah sama Arief, gak mati Mirna. Karena delapan tahun berteman sama Jessica fine aja, tapi kenapa pas nikah si Jessica nyari Mirna, dia bunuh itu Mirna," jelasnya.
Mungkinkah Jessica cemburu terhadap Mirna jadi salah satu motifnya? "Iya," sahut Darmawan singkat.
Kejanggalan lainnya, ketika ia menemukan WhatsApp Jessica kepada Mirna "mau dong dicium sama lo". Meski ada pesan seperti itu, Darmawan menegaskan putrinya normal.
3. Sianida Bukan Urusan Hati
Foto: Bagus S Nugroho
|
"Kalau kita buka literatur pembunuhan, penggunaan sianida jumlahnya sangat sangat sangat sedikit. Dari jumlah yang sangat sangat sangat sedikit itu pembunuhan dengan sianida lebih dilatarbelakangi motif yang tidak tersangkut paut dengan hati manusia," ungkap psikolog forensik Reza Indragiri Amriel.
Hal tersebut diungkapkan Reza dalam dialog Polemik bertajuk 'Mencari Sang Pembunuh' di Waroeng Daun, Jl Cikini Raya, Jakarta Pusat, Sabtu (30/1/2016). Pembunuhan dengan sianida biasanya bersifat dingin, tak ada emosional di dalam aksinya.
"Tidak ada kebencian di situ, tidak ada sakit hati di situ, pembunuhan dengan sianida bukan karena amarah atau sakit hati tapi lebih pada isu-isu yang lebih tinggi, entah itu karena persaingan bisnis, apa itu untuk menutupi skandal, untuk menghabisi lawan politik, tapi tidak berkaitan dengan hati dan perasaan," jelas Reza.
Reza menyatakan, biasanya pelaku pembunuhan dengan sianida tidak berada di tempat kejadian perkara (TKP) atau saat pembunuhan sedang berlangsung. Menggunakan racun sendiri biasanya karena pelaku ingin berjarak dengan lokasi dan korban pembunuhan.
"Racun adalah alat kejahatan yang dipilih agar antara pelaku dan korban tidak berhadap-hadapan tidak berada dalam jarak dekat dan melancarkan aksi secara frontal. Dengan logika semacam itu menurut saya tidak mungkin orang yang menggunakan racun menunggu korbannya. Jadi menurut saya pelaku yang tidak berada di meja korban," tuturnya.
Sianida merupakan barang ekslusif yang tidak mudah didapat. Setiap orang yang ingin memperolehnya harus memiliki lisensi atau pun jaringan tersendiri. Sehingga jika pembunuhan dilakukan karena dendam pribadi, kata Reza, biasanya tidak dengan sianida. Dalam arti lain sianida lebih banyak digunakan oleh penjahat profesional.
"Penggunaan racun untuk misalkan konflik pribadi, untuk apa digunakan racun yang sebegitu eksklusif. Kalau sekadar dendam dari orang dekat cukup menggunakan racun yang bisa dibeli di kios sebelah, sementara sianida tidak mudah diakses," beber Reza.
4. Sisakan Misteri
Foto: Pool
|
"Seperti kasus Munir, sudah ada yang ditangkap, diadili bahkan sampai kemudian dibebaskan. Tapi orang tetap tidak tahu siapa pelakunya," ujar Heru.
Sianida merupakan instrumen yang membunuh Wayan Mirna (27) saat sedang meminum kopi bersama dua temannya di sebuah kafe di Grand Indonesia. Teman kuliah Mirna, Jessica, kini menjadi tersangka dalam kasus tersebut.
Halaman 2 dari 5