Samagaha, Gerhana Kegalauan Matahari Terhadap Bulan

Samagaha, Gerhana Kegalauan Matahari Terhadap Bulan

Tri Ispranoto, - detikNews
Rabu, 09 Mar 2016 14:43 WIB
Foto: Pemkab Purwakarta
Jakarta - Masyarakat di Indonesia kini tengah heboh dengan fenomena Gerhana Matahari Total (GMT) yang sangat jarang terjadi. Dalam bahasa Sunda fenomena GMT biasa disebut Samagaha Panon Poe yang memiliki makna dan filosofi tersendiri.

Budayawan Sunda, Dedi Mulyadi mengungkapkan, Samagaha merupakan perumpamaan kegalauan yang terjadi dalam rasa dan diri manusia yang diterjemahkan dalam peristiwa matahari, bulan, dan bumi dalam satu garis lurus.

"Ini perumpamaan galaunya matahari sebagai sumber energi (cahaya) terhalangi oleh bulan yang biasanya hanya pancaran energi," jelas pria yang juga Bupati Purwakarta itu, Rabu (9/3/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kegalauan itu, lanjut Dedi, menimbulkan fenomena yang luar biasa yakni bumi menjadi gelap pada siang hari padahal waktu tersebut merupakan waktu di mana matahari tengah menjadi 'raja' di bumi.

Lebih lanjut Dedi mengatakan, dalam kepercayaan orang sunda zaman dahulu ibu hamil diharuskan bersembunyi di kolong tempat tidur saat Samagaha terjadi. Dia menilai hal tersebut merupakan perumpamaan pemikiran leluhur untuk melindungi ibu hamil dari dampak psikologi yang ditimbulkan.

"Kan yang namanya orang hamil itu tidak boleh dimarahi, tidak boleh dibentak, tidak boleh dikagetkan, atau intinya harus tenang makanya sering diperdengarkan ayat suci alquran. Nah tapi saat Samahaga terjadi orang dulu itu ketakutan kalau orang hamil pingin ngidam yang aneh-aneh, padahal orang sunda biasanya saat Samagaha tidak pernah ke luar rumah dan memilih solat dan menghindari efek buruk dari Samahaga yang terjadi di luar. Makanya tempat yang di rasa bisa bikin tenang itu perumpamaannya kolong tempat tidur," bebernya.

Pria yang akrab disapa Kang Dedi itu menilai mitologi tersebut merupakan bentuk kepedulian orang tua untuk melindungi para ibu hamil. "Hanya saja mungkin orang dulu tidak menjelaskannya secara ilmiah. Jadi dibuatklah mitologi atau kepercayaan seperti itu," tukas Dedi. (dra/dra)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads