Tradisi Liwetan di Mojokerto, Lindungi Perempuan Hamil Saat Gerhana

Gerhana Matahari Total di Indonesia

Tradisi Liwetan di Mojokerto, Lindungi Perempuan Hamil Saat Gerhana

Enggran Eko Budianto - detikNews
Rabu, 09 Mar 2016 10:27 WIB
Foto: Enggran Eko Budianto/detikcom
Mojokerto -

Mitos datangnya buto ijo (makhluk gaib raksasa) yang akan memangsa janin para perempuan hamil saat terjadi gerhana matahari masih melekat di sebagian masyarakat Jawa. Saat gerhana terjadi, para perempuan hamil pun biasa menggelar tradisi liwetan (menanak nasi) yang dipercaya bisa mengusir buto ijo.

Seperti yang dilakukan keluarga Yudha Hadi (52), warga Lingkungan Kedungsari, Kelurahan Gunung Gedangan, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto, Rabu (9/3/2016) pagi. Dia menggelar tradisi liwetan untuk kehamilan putrinya, Putri Yuli Eka Setia Ayu (27). Kebetulan kehamilan Putri yang menginjak 7 bulan bertepatan dengan gerhana matahari yang juga terlihat dari Mojokerto.

"Ini tradisi yang diwariskan kakek buyut kami secara turun temurun. Tujuannya untuk meminta keselamatan dari serangan buto ijo yang konon datang saat gerhana terjadi," kata Yudha kepada wartawan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pagi ini, di teras rumah keluarga Yudha terlihat beberapa ibu rumah tangga berkumpul. Mereka adalah tetangga Yudha yang sengaja diundang untuk kenduri liwetan. Menu khusus tradisi liwetan yang disiapkan keluarga Yudha sejak subuh tadi pun disuguhkan.

Foto: Enggran Eko Budianto/detikcom



Satu loyang nasi liwet, yakni nasi yang dimasak dengan cara khusus sehingga bertekstur lembut sudah siap. Lauknya pun khusus. Yakni telur rebus lengkap dengan sambal terasi serta lalapan kacang panjang dan mentimun. Selain itu, 2 buah tumpeng kembar yang disebut tumpeng laki-laki dan perempuan menjadi suguhan wajib tradisi liwetan ini.

"Nasi liwet dan aneka masakan ini dipercaya menjadi kesukaan buto ijo. Jadi dengan kenduri liwetan ini konon bisa membuat buto ijo tidak jadi memangsa janin, melainkan memakan makanan yang kami siapkan. Kalau tumpeng kembar maksudnya apa pun jenis kelamin cucu saya nanti, semoga lahir dengan selamat," ujar Yudha.

Setelah didoakan, aneka makanan pun dibagikan ke ibu-ibu yang mengikuti kenduri. Sementara Putri yang hamil 7 bulan wajib mencicipi nasi liwet dan telur rebus.

Namun, tradisi liwetan tak berhenti di situ. Dengan perut yang membuncit, istri Ardi Firmansyah (26) itu juga harus bersembunyi di bawah kolong kamar tidur. Konon tradisi ini untuk bersembunyi dari buto ijo yang mencari perempuan hamil.

Sebagai generasi masa kini, Putri mau tak mau harus nurut dengan mitos dan tradisi liwetan ini. Terlebih lagi ini kehamilan dia yang pertama. Menurut cerita yang banyak dia dengar dari masyarakat, bila tak menggelar liwetan saat terjadi gerhana, janin yang ada di dalam kandungan bisa hilang.

"Saya berharap proses persalinan saya nanti lancar. Bayi yang saya lahirkan normal dan sehat," kata Putri.

Dari wilayah Mojokerto, gerhana matahari pagi ini tidak terlihat total. Hanya 83% wajah matahari tertutup oleh banyangan bulan. Fenomena alam langka itu mulai terjadi sekitar pukul 06.21 WIB. Puncaknya pukul 07.25-08.20 WIB.

(slh/slh)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads