Dedi yang selama ini dikenal sebagai salah satu sosok pemimpin daerah yang mengedepankan aspek kebudayaan itu pun memberikan pandangannya terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bangsa dari sudut pandang budaya terutama sunda.
Menurut pria yang akrab disapa Kang Dedi itu, bangsa Indonesia selama ini telah memiliki dasar ideologi yang sangat kuat, yakni Pancasila. Namun dia menyayangkan Pancasila selama ini hanya dipandang sebagai bentuk konstitusi dalam menata negara tanpa dimengerti arti sebenarnya yang menjelaskan mengenai hidup bernegara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal, kata Dedi, sejak dulu bangsa Indonesia telah memiliki pemahaman agama yang kuat sebagai sarana pembawa kedamaian yang selalu mengajarkan setiap orang untuk hidup saling menghormati antara sesama.
Lebih lanjut, Dedi mengatakan selama ini masyarakat Sunda memegang teguh sebuah prinsip berupa kalimat Papat Kalima Tunggal yang selalu mengajarkan harmoni antara manusia dan alam yang bersumber pada kemuliaan Tuhan sang maha pencipta.
"Empat ini juga diartikan sebagai tanah, air, udara, dan api atau matahari yang merupakan bahan dasar terbentuknya wujud material manusia sehingga persenyawaannya melahirkan watak yang bersifat hidup," katanya.
Dia mengatakan, makna papat kalima tunggal pun merupakan prinsip nasionalisme kebangsaan yang berarti tak ada kedaulatan tanpa kita memahami asal. "Jangan-jangan berbagai problematika bangsa yang kita alami hari ini adalah karena kita terlalu sibuk dengan prinsip dan rumusan hidup orang lain yang membuat kita lupa dari mana sebenarnya kita berasal," bebernya.
Selain Dedi, dalam seminar yang dihadiri ratusan mahasiswa UIN Sunan Ampel dan masyarakat umum itu juga diisi oleh pemateri lain seperti Drs Chandra Setiawab, M.M., Ph.D, Romo Carolus, dan James Poon. Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, yang juga dijadwalkan akan menjadi pembicara tak hadir karena sakit. (trw/trw)