Gerhana yang dianggap mengerikan itu pernah dialami Arifin Asydhad, Pemimpin Redaksi detikcom. Arifin bercerita, pada 1983 ia mengalami gerhana matahari total di kampung halamannya di Jepara, Jawa Tengah.
"Gerhana saat itu dianggap menakutkan. Tak boleh ada yang keluar rumah," kata Arifin dalam acara Sosialisasi Gerhana Matahari di Resto Royal, Ternate, Maluku Utara, Selasa (8/3/2016). "Nah, sekarang saatnya menyaksikan gerhana matahari yang sebenarnya tidak menakutkan."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(Baca juga: BMKG Siap LIve Streaming Gerhana Matahari dari 19 Kota)
Sementara itu menurut Redaktur Pelaksana detiktravel Fitraya Ramadhanny menyampaikan, banyak orang yang sengaja ke Indonesia untuk melihat peristiwa langka ini. Faya, begitu ia disapa, bercerita, kemarin bertemu dua turis Jepang di Taman Nukila, Ternate.
Kedua orang itu, kata Faya, berkeliling dunia untuk berburu gerhana. "Akhirnya sampai di Ternate ini," ujarnya. "Jadi betapa spesialnya event ini."
Gerhana matahari total, lanjut Faya, juga berpotensi meningkatkan pariwisata di daerah yang dilaluinya. "Mereka datang, kita datang kemari (Ternate) kan bukan hanya melihat gerhana matahari total saja, namun juga untuk berkunjung ke beberapa objek wisata di sini. Jadi ada nilai tambahnya."
Acara sosialisasi gerhana ini juga menampilkan pembicara Kepala Biro Humas Bakamla Laksamana Pertama Marinir Widodo Eko. Juga Ketua Panitia Nasional Gerhana LAPAN Clara Yono Yatini.
Anda menyaksikan gerhana matahari total dan parsial pada 9 Maret 2016? Kirim fotonya ke ke redaksi@detik.com disertai nama dan nomor kontak atau ke pasangmata.com. (okt/okt)