Alumus Fakultas Syarih UIN Alauddin, Abdul Aziz, menganggap hal tersebut wajar dengan alasan keterbatasan ruang. Menurut dia, tidak mungkin skripsi dan karya ilmiah dalam bentuk kertas akan disimpan selamanya.
"Jika fisiknya dimusnahkan, tentu konsekuensinya harus tetap dipertahankan dalam format digital atau e-bookagar masih bisa diakses oleh yang membutuhkan. Selain itu, agar pengakuan kita atas karya kita tetap ada," kata Aziz, Kamis (3/3/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang pnting (pemusnahan) tidak menghilangkan karya intelektual dan gagasan mahasiswa," jelas pria yang kini bekerja di stasiun televisi di Makassar ini.
Pemusnahan karya imliah di UIN Alauddin dilakukan untuk pertama kali sejak kampus berdiri. Alasannya, selain ruang terbatas, karya intelektual tersebut dipindahkan ke format digital. (mna/trw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini