Ritual Dayak Ngaju Bikin Acara Gerhana di Palangkaraya Unik

H-6 Gerhana Matahari Total di Indonesia

Ritual Dayak Ngaju Bikin Acara Gerhana di Palangkaraya Unik

Wisnu Prasetiyo - detikNews
Kamis, 03 Mar 2016 12:22 WIB
Foto: Ilustrasi oleh Mindra Purnomo/detikcom
Palangkaraya - Ada tradisi unik saat gerhana matahari total di kalangan masyarakat Dayak Ngaju di Palangkaraya. Tradisi ini dikenal dengan ritual balian.

Ritual balian ini berisi semacam pemberitahuan kepada roh-roh leluhur agar menjaga kelancaran acara. Tradisi ini akan dipimpin oleh para "basir", sapaan untuk pemuka adat Dayak Ngaju yang harus bersiap sejak sehari sebelum pelaksanaan.

Ritual ini akan diangkat oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah sebagai bagian dari acara menyambut gerhana. "Pada 9 Maret 2016, saat pukul enam pagi, (ritual) dimulai dengan bunyi gong yang bergema dari empat sudut, panggilan untuk masyarakat berkumpul," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalimantan Tengah, Joel Tanggara kepada detikcom. "Setelah itu ada prosesi kesenian dalam bentuk tari dan teatrikal,

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Balian terbagi dalam dua tahap. Yang pertama adalah balian baampar-ampar. Saat matahari dalam posisi gerhana total, akan dibunyikan alat musik bambu salakatok. Selain masyarakat adat, turis juga diajak memainkannya.

Lalu masuklah ritual selanjutnya setelah gerhana, yakni menenong, Masyarakat Dayak Ngaju akan meramal dengan medium mata beliung persegi.

Sebelum ramalan dimulai, para basir akan ada memangggil roh leluhur yang diyakini bisa meramal masa depan. Nantinya, semua pertanyaan terkait masa depan akan dijawab oleh mata beliung yang diputar oleh basir.

Jika yang muncul adalah ramalan buruk, maka akan diadakan panantilang dahiyang baya. "Jadi itu seperti doa-doa, maknanya melepaskan pengaruh jahat yang (datang) bersamaan dengan fenomena gerhana matahari total," kata Gauri, staf Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalteng.

Acara dilanjutkan dengan pelepasan burung dara sebanyak 59 ekor yang melambangkan uangkapan syukur atas usia provinsi Kalteng. Diikuti pelepasan balon dengan jumlah yang sama.

Ritual balian ditutup dengan kegiatan menempayah behas hambaruan. Ini adalah semacam evaluasi terhadap pelaksanaan ritual selama gerhana.

Ritual ini dijalankan dengan membuka tujuh butir beras yang dibalut dengan kain putih dan ditempatkan di sesajen. Butir-butir beras ini sudah disiapkan sehari sebelum gerhana.

Setelah beras dibuka, basir akan membaca ada atau tidaknya keretakan pada beras. "Kalau berasnya bagus ketika dibuka, berarti acara diberkati oleh Yang Kuasa," kata Gauri.

Ritual ini akan menjadi tontonan unik saat menyaksikan gerhana matahari total di Palangkaraya. Televisi Jepang, NHK, secara khusus akan merekam seluruh prosesi yang diadakan di Bundaran Besar Palangkaraya ini. (okt/slh)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads