Kadispen Armabar Letkol Laut Ariris Miftachurrahman menuturkan, peristiwa yang terjadi di Jl Raya Taman Mini Indonesia Indah Jaktim itu berawal saat tim narkoba Polres Jaktim yang dipimpin oleh Ipda Maryono melakukan penangkapan terhadap tersangka kasus narkoba. Pada pukul 20.30 WIB, Kapten EW disebutnya sedang beristirahat di warung kopi di depan Gedung Pencak Silat dekat TMII usai pulang dari kantornya di kawasan Jakpus.
"Kemudian pada pukul 21.05 WIB, Kapten EW bersiap pulang. Namun saat masuk ke dalam mobil, dia dikagetkan dengan pintu mobilnya yang dibuka oleh seseorang dengan berteriak tidak sopan," ujar Ariris kepada detikcom, Rabu (2/3/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kapten EW lalu lari karena merasa kalah jumlah ke arah Tamini Square kemudian mendengar letusan senpi. Dia lalu berbelok dan menyiapkan senpinya sendiri," ucapnya.
Saat Kapten EW sedang mengokang senjatanya, terjadi todong menodong. Salah satu orang yang mengejarnya berteriak untik memperingati teman-temannya bahwa Kapten EW juga bersenjata.
"Kemudian ada tembakan ke arah Kapten EW namun tidak kena. Dalam suasana remang-remang Kapten EW membalas menembak ke arah bagian badan orang yang menembaknya dan orang itu terjatuh," jelas Ariris.
Kemudian tiga orang mendekat dan berlindung di sebuah gerobak nasi goreng yang ada di dekat lokasi. Orang yang terjatuh itu lalu kembali menembak Kapten EW.
"Dia lalu melihat ada dua orang yang tiarap di bawah pohon, tapi Kapten EW tetap membidikkan senjata ke arah orang yang terjatuh yang masih menembakinya. Pada saat itu, orang-orang yang bersembunyi di balikk gerobak nasgor beridir dan mengacungkan senjata ke atas dan berteriak: saya polisi, jangan menembak," beber Ariris.
Terjadi pembicaraan singkat dengan saling berteriak dan Kapten EW menyebut bahwa dia adalah anggota TNI AL. Salah satu orang yang berteriak itu kemudian memerintahkan Kapten EW untuk meletakkan senjata.
"Tapi dia menjawab tidak mau karena Kapten EW melihat masih ada sekitar 4 orang yang memegang senjata. Kemudian satu orang datang dengan mobil bewarna gelap dan mengaku Ipda Maryono dan memerintahkan dia untuk meletakkan senjata," cerita Ariris.
Kapten EW masih tidak mau dan menjawab bahwa mereka juga masih memegang senjata. Akhirnya dia melihat Ipda Maryono meletakkan senjata dan diikuti oleh teman-temannya yang lain.
"Kemudian Kapten EW melepaskan magazen dan mengosongkan kamar senpi dan memasukkannya ke holster. Ia juga melihat anak buahnya Ipda Maryono membopong rekannya yang tertembak dan dibawa ke mobil," tutur Ariris.
Setelahnya Kapten EW bersama Ipda Maryono, satu anggota Polres Jaktim, dan satu tahanan yang baru ditangkap menyusul ke RS Asrama Haji Pondok Gede untuk menengok korban menggunakan mobilnya. Kapten EW pun juga langsung melaporkan kepada komandan atau atasannya tentang peristiwa itu.
Begitu tiba di rumah sakit, Kapten EW baru mengetahui bahwa orang yang ditembaknya adalah Briptu Umar Seno Aji dan bahwa sedang ada penangkapan terhadap tersangka kasus narkoba. Korban mengalami luka tembak paha atas sebelah kanan.
Pihak TNI AL kemudian berkoordinasi langsung dengan Kapolres Jaktim Kombes Agung dan Kasat Narkobanya. Setelahnya pihak TNI AL juga membantu Briptu Umar Seno Aji dari RS Asrama Haji ke RS Polri, Kramat Jati, tempat dilakukannya operasi pengambilan proyektil.
"Kapten EW lalu dibawa ke Pomal Lantamal III untuk dimintai keterangan. jadi bukan terkait narkoba tetapi ada miskomunikasi sesama petugas di lapangan karena sama-sama berpakaian preman," jelas Ariris.
Sebelumnya pihak Polri sudah menyatakan hal yang sama. Itu disampaikan oleh Kasubag Humas Polres Jaktim Kompol Husaimah.
"Jadi semua pure kesalahpahaman. (Prajurit TNI) menyangka kalau sama-sama preman. Jadi si Angkatan Laut itu melepaskan tembakan ke arah petugas. Tapi kan emang ngirain itu begal," terang Husaimah, Rabu (2/3). (ear/dra)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini