Ditemui detikcom di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat pada Minggu (28/2/2016) siang itu, Heni tidak sendirian. Dia datang bersama sekitar 20-an anak petani dan TKI yang dibantu biaya pendidikannya di Pondok Pesantren Nurul Haramain, Cigombong, Bogor bersama sang suami, Aditia Ginantaka (28).
Heni dan Aditia dipertemukan dalam suatu kegiatan lembaga amal Dompet Dhuafa di Bogor pada pertengahan 2011 lalu. Kala itu, Aditia menjadi pengajar di kegiatan Dompet Dhuafa itu. Merasa satu frekuensi, mereka lantas menikah pada 12 Maret 2012.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sejak menikah, kegiatan sosial semakin berkembang, karena suami juga memiliki pemikiran yang sama," celoteh Heni mengenai pertemuan dengan suaminya.
Aditia adalah seorang insinyur pertanian dan kini menjadi dosen di Universitas Djuanda Bogor, juga auditor di LPPOM MUI DKI Jakarta. detikcom sendiri menyaksikan dua sejoli itu, Heni yang saat itu memakai gamis biru muda serta jilbab bercorak biru-ungu kompak dengan Aditia yang mengenakan celana jeans hitam dan kaos biru terang. Mereka semangat mengajar anak-anak petani itu. Beberapa sukarelawan membantu Heni dan Aditia.
![]() |
Heni bersama suami mendirikan Gerakan Anak Petani Cerdas dan AgroEdu Komunitas Jampang di Bogor, Jawa Barat. Heni memberikan pendidikan gratis bagi anak petani untuk meningkatkan taraf hidup mereka, termasuk membiayai sekolahnya di pesantren, dengan dana para donatur relasi mereka.
Siang itu, program mereka membawa anak-anak pesantren itu untuk program "Bule Hunting". Anak-anak dilepas untuk mencari bule guna melatih kemampuan berbicara bahasa Inggrisnya. 6-8 Anak berkumpul mencari bule.
"What is your name?" ucap seorang anak pada seorang bule. Bule itu menyebutkan namanya, lantas mencerocos panjang dalam bahasa Inggris. Anak-anak pun bengong.
Heni turun tangan menjelaskan pada anak-anak arti kalimat yang diucapkan si bule. Heni juga menjelaskan pada si bule bahwa mereka sedang mengajarkan anak-anak keterampilan berbahasa Inggris. Si bule mengerti dan menyesuaikan tempo berbicaranya yang lebih lambat.
(Baca juga: Heni Sri Sundani, Mantan TKW yang Mendunia karena Peduli Pada Anak Petani)
"Mereka kaget karena teori dan praktik ternyata berbeda. Jadi mereka tahu dengan batas pengetahuan mereka dalam berbahasa Inggris," tutur Heni tersenyum.
Setelah "Bule Hunting", anak-anak itu dikumpulkan di pinggir kolam. Dengan duduk bersila, anak-anak itu mendapat penjelasan materi "Pangan Halal" dari suami Heni, Aditia.
Gairahnya untuk memajukan anak-anak petani yang identik dengan kemiskinan itu sudah tak terbendung. Heni mengadakan Gerakan Anak Petani Cerdas. Gerakan ini berkonsep memberikan edukasi lifeskill pada anak-anak petani, juga beasiswa untuk menyekolahkan anak-anak petani.
"Gerakan Anak Petani Cerdas. Awalnya di 1 kampung saja, di Kampung Sasak, Desa Jampang, Bogor dengan jumlah siswa 15 orang. Menerapkan metode pendidikan Fun Learning By Doing. Ada 3 pelajaran penting yang diajarkan, kemampuan linguistik (berbahasa asing), kemampuan literasi (membaca), dan matematika, bisnis untuk mengasah logika. Lainnya diajari komputer, pertanian, peternakan, perkebunan," papar Heni.
Dimulai sejak 2011, kini Gerakan Petani Cerdas sudah ada di lebih dari 7 kampung dengan peserta sekitar 800 anak. Anak-anak petani, anak asisten rumah tangga, anak TKI, anak tukang ojek sampai pemulung.
"Dana bantuan kegiatan ini tersebar di 5 benua. Jadi bantuan dari mereka, rata-rata orang Indonesia (di luar negeri), 90 persen. Gerakan Anak Petani Cerdas sekarang tersebar di 10 kabupaten. Kabupaten Bogor, Ciamis, Bandung, Banjar, Tasikmalaya, Majenang, Indramayu, Cirebon, Bekasi dan Pekalongan," jelas Heni.
Selain Gerakan Anak Petani Cerdas, Heni dan suami juga mendirikan Agroedu Jampang Community. Komunitas ini tak hanya membantu anak petani, melainkan keluarga petani dan kaum marjinal lain.
"Tujuan agar para petani dan keluarganya lebih mandiri dan memberikan mereka peluang agar mereka mampu mengakses layanan kesehatan, pendidikan yang sudah menjadi haknya. Mimpiku adalah tak ada lagi anak-anak petani yang putus sekolah, tak ada lagi istri-istri petani yang hanya makan nasi aking, dan tak ada lagi para petani yang harus berhutang kepada lintah darat yang membuat kehidupan petani semakin buruk," harap Heni.
(Baca juga:Β Masuk dalam Daftar Forbes, Ini 16 Anak Muda Indonesia yang Mendunia)Β
"Kami ingin meng-edukasi petani agar mereka makin cerdas dalam bekerja dan menyikapi keterbatasan mereka sebagai motivasi untuk menjadi lebih baik. Ke depan, kami ingin mendirikan Pusat Pelatihan dan Keterampilan untuk petani agar petani bisa mendapatkan hasil yang maksimal dari pertaniannya," harap Heni.
Semoga tercapai semua mimpinya Heni! (nwk/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini