![]() |
Pria yang memakai baju warna oranye dengan bawahan celana jins berwarna biru hanya bisa duduk terdiam di depan puing-puing bangunan pabrik miliknya. Sesekali ia perintahkan karyawannya untuk menyelamatkan sisa barang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usaha yang dirintis selama bertahun-tahun telah luluh lantak rata menjadi tanah. Awal tahun 1993, pabrik itu dibangun dengan membeli tanah seluas 880 meter persegi Kala itu kawasan Kalijodo masih pemukiman padat penduduk.
"Ini kan bukan tempat maksiat, tempat cari nafkah halal. Memang saya tahu ada cafe-cafe tempat maksiat tapi itu di sebelah sana. Kalau kita bicara hukum, dalam SP kan bisa dilihat yang ditulis hanya jalan Kepanduan II, sedangkan gedung saya di jalan Bidara. Cuma mungkin kita kena RT/RW yang sama," sambungnya.
Pabrik milik Julius sendiri memproduksi engsel dan aksesoris furniture. Bahkan dirinya sudah menjadi supplier furniture ternama di Indonesia. Mengenai surat-surat, Julius mengaku sudah mengantongi izin IMB-nya.
"Kita pernah datang ke Balai Kota ketemu Gubernur tapi beliau ga ada waktu. Kedatangan saya bersama 6 KK lain hanya minta dispensasi waktu buat beresin barang," bebernya.
Julius mengaku sehari setelah datang ke Balai Kota DKI Jakarta. Pihak kelurahan datang ke pabriknya menanyakan alasan barang-barang produksinya belum dipindah.
"Waktu itu saya belum dapat SP 1. Sekiranya beberapa hari sebelum eksekusi saya baru mendapatkan SP 2. Dua hari mau dieksekusi saya mulai evakuasi barang-barang semua sampai-sampai dua hari dua malam saya tidak mandi, karena barang yang dipindahkan banyak," tuturnya.
Tepat pada tanggal 29 Febuari kemarin, pasukan gabungan mulai masuk ke kawasan Kalijodo merobohkan bangunan. Kala itu, ia dan puluhan karyawan sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk pindahan.
"Saya lihat anak buah saya sudah pada kecapean, kira-kira pukul 03.00 dini hari, saya putusin buat pulang. Selang beberapa lama pasukan gabungan datang dengan bawa alat berat. Mesin sama barang-barang enggak keburu dipindahkan" tuturnya.
Bangunan pabrik yang berdiri kokoh itu telah rata dengan tanah. Julius hanya bisa pasrah melihat rangka bangunan pabrik yang telah hancur berantakan. Tapi, Julius mengaku tetap mendukung kebijakan Gubernur Ahok yang menertibkan Kalijodo.
"Melihat dirobohkan, pasti nggak ada yang kuat. Saya nggak di sini waktu dirobohkan. Meski begitu saya tetap mendukung kebijakan gubernur dan saya tidak dendam. Meski harus rugi miliaran rupiah, saya hanya bisa serahkan yang maha kuasa," tuturnya.
Julius pun telah memikirkan untuk pindah ke kawasan Tangerang. Di sana ia telah memiliki gudang penyimpanan hasil produksi. Julius juga menjamin tidak akan memecat pegawainya meski pabriknya sudah digusur.
"Sekarang saya hanya berpikir menyelamatkan barang yang tersisa dan puluhan mesin produksi untuk buat aksesoris untuk menyambung hidup ke depan. Sejauh ini saya belum berpikir untuk PHK karyawan saya," pungkasnya.
(edo/rvk)












































