Curhat Eti di Hari Terakhir di Kalijodo

Bersih-bersih Kalijodo

Curhat Eti di Hari Terakhir di Kalijodo

Jabbar Ramdhani - detikNews
Senin, 29 Feb 2016 12:51 WIB
Foto: Jabbar Ramdhani
Jakarta - Puluhan ekskavator telah meruntuhkan bangunan termasuk rumah Eti (56), warga Kalijodo. Eti hanya pasrah rumahnya dibongkar.

"Saya sudah tidak punya harapan apa-apa," ujar Eti, yang masih duduk di sisa bangunan rumahnya yang telah porak poranda di zona barat Kalijodo, Jakarta Barat, Senin (29/2/2016).
Jabbar/detikcom


Eti sedih rumahnya yang masih dalam tahap renovasi telah dibongkar. Padahal dia baru mulai membangun rumah pada 2014 akibat kebakaran akhir 2013 lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya sudah nggak punya barang. Karena selama ini menghemat uang untuk membangun rumah ini. Ini saja belum selesai (renovasi)," kata Eti lirih.

Eti tinggal di rumah yang sedang direnovasi bersama suaminya, Suwarna. Suaminya merupakan pengurus Masjid Al-Muttaqin, yang berada di sebuah gang di Kalijodo.

"Bapak tadi lagi ke masjid. Dipanggil warga untuk menurunkan kubah," kata Eti.

Eti sudah tinggal di Kalijodo sejak tahun 1978. Dulunya Kalijodo masih sepi dan banyak rumput.

Pemprov DKI menyiapkan rusunawa sebagai ganti rumah warga Kalijodo. Suami Eti sudah mendaftar untuk mendapatkan rusun namun dia mendapat unit di lantai 4 serta di pojok.

"Saya ini kan sudah tua, kakinya sudah nggak kuat kalau harus naik turun tangga sampai lantai 4. Selain itu saya juga bingung gimana mau jualan di sana," ucapnya.

Karena itu, Eti memilih akan mengontrak rumah sebagai tempat berlindung. Uang Rp 500 ribu sebulan akan dia keluarkan untuk biaya sewa.

Dia sadar uang Rp 500 ribu sebulan lebih mahal dibanding dia menyewa di rusunawa. "Saya sudah nggak kuat untuk naik ke lantai 4. Untuk jualan juga susah," ungkap dia.

Eti mempunyai pesan untuk Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Dia berharap tidak ada warga daerah lain yang mengalami hal serupa dirinya.

"Biar sampai ke Pak Ahok. Cukup warga sini saja yang mengalami seperti ini. Jangan sampai ada warga lainnya. Saya ini warga biasa, nggak punya uang. Beda dengan orang-orang yang ada di atas. Jangan dikira orang sini punya uang semua," beber Eti.

Eti juga menyarankan Ahok lebih baik memberikan waktu yang cukup untuk menggusur warga.

"Pak Ahok memang pemimpin. Tapi untuk warga kaya saya ini, untuk melakukan penggusuran seperti ini, berikanlah waktu yang cukup. Karena yang sekarang ini waktunya sangat sempit. Masih kurang waktunya untuk beres-beres barang," tuturnya.
Jabbar/detikcom


Geliat Kalijodo mulai tercatat pada tahun 1930-an. Saat itu anak-anak muda banyak bertandang ke daerah yang diapit Kali Angke dan Kanal Banjir Barat itu untuk pesiar. Banyaknya "turis lokal" membuat Kalijodo kemudian berubah menjadi kompleks pelacuran, perjudian dan premanisme. Setelah beberapa kali penertiban, tinggal pelacuran yang tersisa ditambah kafe-kafe yang menyajikan miras. Dan di masa Ahok Kalijodo tinggal sejarah. Ahok menegaskan Kalijodo merupakan ruang terbuka hijau dan warga telah menempatinya secara ilegal selama puluhan tahun. (nwy/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads