Tujuh Kabupaten di NTT Terancam Rawan Pangan
Sabtu, 12 Mar 2005 09:11 WIB
Kupang - Setidaknya terdapat 7 dari 18 kabupaten dan kota di Nusa Tenggara Timur (NTT) terancam rawan pangan. Kondisi itu terjadi akibat gagal panen karena curah hujan di bawah normal selama musim hujan 2004-2005. "Lebih dari 10.000 hektar lahan pertanian mengalami kekeringan dan ratusan ribu tanaman perkebunan dan pertanian tidak dapat berproduksi. Minimnya curah hujan yang terjadi di NTT juga berdampak ratusan ribu hektar pakan ternak dimana akan terjadi penurunan kualitas dan produksi peternakan," kata Kepala Biro Bina Sosial Setda NTT, Frans Salim yang dihubungi detikcom di Kupang, Sabtu (12/3/2005).Tujuh kabupaten yang telah melaporkan ancaman rawan pangan dan kekeringan yakni Kabupaten Sikka, Ngada, Flores Timur, Sumba Barat, Timor Tengah Utara, Lembata dan Kabupaten Kupang.Menurut Frans, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi kemungkinan terjadinya bencana rawan pangan dan dampak ikutan lain akibat rendahnya curah hujan. "Beberapa langkah yang telah dilakukan yakni menyiapkan dana Rp 5 miliar dari APBD dan APBN serta berkoordinasi dengan instansi tekhnis," ungkapnya. Selain itu pemerintah mendorong warga untuk mendukung program gerakan masuk laut (Gemala) dan pendistribusian benih kacang hijau kepada petani untuk ditanam pada lahan kritis dan membagikan benih ikan air tawar kepada petani tambak serta menerapkan tekhnologi tepat guna. "Badan Urusan Logistik (Bulog) juga telah menyatakan kesediaan untuk mendistribusikan beras bagi kabupaten yang benar-benar mengalami rawan pangan. Sedikitnya setiap kabupaten telah mendapat 27 ribu ton dan akan ditambahkan apabila kondisi benar-benar kritis," kata Salim.Selain masalah rawan pangan, menurut Salim, kemungkinan besar masyarakat akan mengalami krisi air bersih mengingat debit sejumlah sumber air bersih mengalami penurunan secara drastis. "Untuk mengatasi krisis air bersih, pemerintah telah merencanakan untuk mengoptimalkan ketersediaan air, efesiensi irigasi dan merubah pola tanam petani dengan memperbanyak tanaman-tanaman palawija," katanya.Sementara itu, Dinas Kesehatan NTT mempredikasi dengan adanya ancaman rawan pangan dan krisis air bersih akan menambah jumlah masyarakat yang masuk kategori gizi buruk. Saat ini, sebanyak 10.567 jiwa balita mengalami gizi buruk dan kemungkinan akan mengalami peningkatan dalam tahun 2005. "Kekeringan juga akan menambah penderita radang paru-paru," demikian laporan Dinas Kesehatan.
(mar/)