"Hal ini terbukti dengan mulai meningkatnya hotspot dari kebakaran hutan dan lahan. Berdasarkan pantauan satelit Modis dengan sensor Terra dan Aqua pada Sabtu (27-2-2016) terdapat 69 hotspot dari kebakaran hutan dan lahan. 69 hotspot ini tersebar di Kalimantan Timur 38 (Kab Kutai Kartanegara 8, Kutai Timur 30), Kalimantan Utara 1, Papua 2, Sulawesi Selatan 4, Aceh Selatan 3, Riau 14 (Kab Bengkalis 13, Siak 1) dan Sumatera Utara 6," jelas Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Sabtu (27/2/2016).
Menurut dia, hotspot di Kalimantan Timur, khususnya di Kutai Kartanegara dan Kutai Timur sudah terpantau sejak dua minggu terakhir, seperti kebakaran lahan 5 hektar di Desa Muhurun, Kec Kenohan Kab Kutai Kartanegara pada 30-1-2016.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedang di Riau, BPBD Riau bersama Manggala Agni, TNI, Polri, Damkar dan lainnya berupaya memadamkan api. Kebakaran seluas 10 hektar itu terjadi sejak 24 Februari dan terjadi hingga sekarang di Kecamatan Teluk Meranti Kab Pelalawan.
"Api belum dapat dipadamkan seluruhnya. Lokasi berada di tengah semak belukar. Kebakaran lahan seluas 2 hektar di Kec Bantan Kab Bengkalis masih dalam penanganan. Sedangkan kebakaran lahan di Kec Pangkalan Kerinci dan Kec Kerumutan Kab Pelalawan sudah dipadamkan," tutur dia.
Sutopo mengungkapkan kebakaran hutan dan lahan yang sudah berlangsung saat ini, sesungguhnya adalah kesempatan untuk menerapkan semua strategi antisipasi kebakaran hutan dan lahan. Diperkirakan kemarau tahun 2016 tidak akan sekering tahun 2015, karena El Nino diperkirakan akan berakhir pada April, untuk selanjutnya fenomena La Nina akan menguat sehingga musim kemarau relatif basah di wilayah Indonesia.
"Musim hujan diperkirakan akan datang lebih awal dan intesitas hujan lebih tinggi pada musim penghujan 2016/2017. Kondisi ini tentu akan memudahkan kita dalam upaya antisipasi kebakaran hutan dan lahan," tutup dia. (bar/dra)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini