Gelar Daeng di kampung halaman penguasa Kalijodo Daeng Aziz, di Makassar merupakan sapaan akrab atau bentuk penghargaan ke orang yang lebih tua.
Dosen Antropologi Universitas Hasanuddin, Yahya Kadir pada detikcom, Selasa (22/2/2016), menyebutkan gelar Daeng berbeda dengan gelar-gelar adat yang berlaku di etnis Bugis-Makassar, seperti gelar Andi, Bau, Baso, Petta atau Karaeng.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yahya menambahkan, dalam struktur masyarakat Bugis-Makassar, gelar Daeng secara hierarki berada di bawah gelar Andi atau Petta.
Gelar Andi sendiri di masa silam, lanjut Yahya, bersumber dari pemberian Belanda untuk memisahkan anak-anak pribumi dari kalangan bangsawan yang diizinkan mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah yang dibangun pemerintah Belanda.
Beberapa tokoh asal Makassar bergelar Andi seperti mantan Menpora era SBY, Andi Alfian Mallarangeng. Atau biduan berjuluk Mutiara dari Selatan, Andi Meriem Matalatta.
Ada juga tokoh asal Bugis juga yang menghilangkan gelar Andi di depan namanya untuk menghapus citra primordialisme yang diciptakan penjajah Belanda, seperti mantan Menhankam dan Panglima Abri Jenderal (purn) Muhammad Jusuf atau Rizal Mallarangeng, adik kandung Andi Alifian Mallarangeng.
Selain itu pula, sapaan Daeng di Makassar juga berlaku untuk menyapa atau identik dengan pekerjaan tukang batu atau penarik becak. Di Makassar jika hendak menumpang becak, kita cukup memanggil tukang becak dengan sapaan Daeng. (mna/dra)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini