Isu soal money politics jelang munas Golkar ini pertama kali diungkap oleh politikus Golkar Nurdin Halid. Nurdin menyebut ada seorang caketum yang nyawer SGD 10 ribu ke pengurus DPD-DPD II Golkar Sulawesi Utara.
"Pengakuannya SGD 10.000 untuk 1 DPD II. Kan rusak Partai Golkar kalau begini," kata Nurdin saat dihubungi, Kamis (18/2/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Bendum Golkar Bambang Soesatyo punya informasi yang berbeda, lebih fantastis. Pria yang karib disapa Bamsoet itu menyebut uang dibagikan mencapai miliaran rupiah untuk membeli satu suara.
"Kalau soal rumor bagi-bagi uang, saya juga mendapat informasi ada caketum yang bagi-bagi uang mulai Rp 5 juta hingga 20.000 dolar AS dan menjanjikan Rp 1-2 miliar rupiah satu suara saat pemilihan nanti. Entah benar entah tidak namanya juga rumor atau informasi. Hehehe kenapa harus panik. Santai saja," ujar Bambang.
Informasi-informasi itu memang belum ada yang terkonfirmasi kebenarannya. Namun, dalam suatu kontestasi politik, isu bagi-bagi duit jamak terdengar.
![]() |
Jika dikaitkan dengan jumlah pemegang suara di munas Golkar, maka, isu money politics itu bisa terdengar lebih fantastis. Jumlah suara di munas Golkar ada 563 suara, yang terdiri dari 519 suara DPD II Golkar, 34 suara DPD I Golkar, 8 suara ormas kekaryaan Golkar, dan 2 ormas sayap Golkar.
Untuk memenangkan munas Golkar, setidaknya seorang caketum harus bisa meraih setengah lebih suara yang ada (dengan asumsi hanya ada dua calon ketum). Jika menggunakan informasi dari Nurdin Halid, maka caketum Golkar yang bagi-bagi dolar Singapura itu harus nyawer ke 282 pemilik suara, yang berarti SGD 2.820.000 atau sekitar Rp 27,5 miliar.
Jika menggunakan informasi dari Bambang Soesatyo, taruhlah duit yang dibagi Rp 1 miliar per suara, maka caketum Golkar yang mau menang harus bagi-bagi duit sebanyak Rp 282 miliar. Fantastis!
Benarkah seorang caketum Golkar harus punya modal sebesar itu?
Elite-elite Golkar ramai-ramai menyuarakan agar money politics dihilangkan. Sekjen Golkar hasil Munas Riau Idrus Marham menyebut persaingan bakal calon ketum harus dilakukan secara sehat. Pertarungan para bakal calon harus mengedepankan kemampuan bukan unjuk kekuatan uang sebagai modal meraih dukungan.
"Ya Allah janganlah, kalau sudah main duit miliaran itu sudah bahaya," ujar Idrus Marham saat dihubungi detikcom, Kamis (18/2/2016) malam.
Bamsoet juga mengeluarkan imbauan agar money politics dijauhi. Kepada caketum yang berniat atau sudah bagi-bagi uang, Bamsoet mengimbau agar berhemat.
"Gini hari, zaman susah masih mau dibagi-bagi untuk money politics?" ujarnya, Kamis (19/2/2016) malam.
Nurdin Halid juga mengeluarkan imbauan serupa. Menurut Nurdin, wajar jika caketum memberi ongkos transportasi bagi pendukungnya di munas Golkar, namun jumlahnya harus wajar.
"Kalau uang transpor tidak apa-apa. Misalnya di Papua, kan jauh-jauh. Kalau Rp 25 juta tidak masalah, masih masuk logika. Kalau lebih, bukan uang transpor namanya tapi jual beli suara," ulas Nurdin.
(tor/nrl)