Produk Malaysia Lebih Banyak Dibeli Warga di Pulau Sebatik, Kaltara

Produk Malaysia Lebih Banyak Dibeli Warga di Pulau Sebatik, Kaltara

Yulida Medistiara - detikNews
Kamis, 18 Feb 2016 06:31 WIB
Foto: Yulida Medistiara/detikcom
Sebatik - Pulau Sebatik dan Nunukan adalah pulau terdepan di Kalimantan Utara yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Pulau Sebatik dibagi dua, bagian selatan milik Indonesia dan utara milik Malaysia

Warga di pulau ini mengaku lebih sering belanja kebutuhan pokok ke Tawau, Malaysia Timur dibanding ke Indonesia melalui Tarakan karena terkendala jarak yang ditempuh, waktu, dan biaya akomondasi menggunakan speedboat yang mahal. Tak jarang, Warga Indonesia di kedua daerah ini lebih memilih ke Malaysia dan membeli produk Malaysia karena alasan tersebut.

Haji Macik (70), seorang pedagang di warung yang berada tepat di sebelah tiang perbatasan Indonesia Malaysia di Desa Aji Kuning, Pulau Sebatik sering menggunakan paspornya untuk belanja ke Malaysia. Ia biasa membeli sembako seperti kopi, gula, air mineral, hingga makanan ringan dari Malaysia dan menjualnya di warungnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ongkosnya lebih mahal kalau ke Nunukan. Padahal kalau ke Tawau cuma 15 Ringgit, jadi cuma 50 -100 ribu rupiah pulang pergi. Kalau ke Nunukan 200 ribu gak cukup. Kalau ke Tarakan apa lagi, 300 ribu waktunya juga habis di jalan. Kalau ke Tawau sedikit waktu lewat Sungai Nyamuk saja 30 menit sampai 1 jam sampai Tawau," ungkap Macik di Desa Aji Kuning, Kecamatan Sebatik, Kabupaten Nunukan, Pulau Sebatik, Kalimantan Utara, Rabu (17/2/2016).

Di warung tersebut tak heran ditemukan makanan ringan yang di produknya diproduksi di Malaysia. Beberapa kemasan air mineral, makanan ringan, dan makanan lain ditemukan tulisan produksi Malaysia, tetapi ada juga yang berasal dari Indonesia.

Ia mengaku kalau berbelanja ke Malaysia sebulan sekali. Ia memborong barang dan menjualnya di warung dengan cara menyewa speedboat yang ada di belakang rumahnya untuk ke Tawau, Malaysia.

Selain sembako, Macik juga menjual barang oleh-oleh dari Tawau seperti baju bertuliskan Tawau dan aksesoris lainnya. Semuanya dituliskan dengan Ringgit, ada yang seharga 25 Ringgit atau 80 ribu rupiah.

Ia mengaku anak-anaknya sudah lama tinggal di Malaysia. Namun, ia segan meninggalkan Indonesia karena memiliki kebun dan ingin mengurusnya.

"Saya ada kebun di sini jadi susah ditinggalkan. Saya tidak senang di sana. Pikirku lebih enak di sini," tutupnya.

Sementara itu di salah satu mini market di Nunukan terdapat produk ice cream yang juga berasal dari Malaysia. Tertulis produk dari Malaysia di bagian labelnya.

Salah satu pedagang roti, Jamaludin membenarkan kalau penduduk lokal Nunukan juga sering ke Malaysia untuk membeli kebutuhan makanan. Hal yang serupa dengan Macik, yaitu alasan harga yang lebih murah dan jarak yang jauh dibandingkan ke Tarakan yang harus menggunakan speedboat selama 2,5 jam.

Salah satu produk yang dijual. Foto: Yulida Medistiara/detikcom
(bag/bag)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads