Kabid Wilayah II BKSDA Riau, Supartono dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (17/2/2016) menjelaskan, pihaknya sudah berhasil mengobati gajah remaja yang usianya 9 tahun kemarin malam di Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, Riau.
"Kondisi gajah yang sudah kita obati kakinya terluka karena jeratan. Gajah liar tersebut juga mengalami diare dan sudah kita kasih obat cacing dan antibiotik," kata Supartono.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dua ekor gajah liar itu terdiri dari anakan dan induknya. Anaknya usianya sekitar 5 tahun dan induknya di atas 20 tahun," kata Supartono.
Supartono menjelaskan, dua ekor gajah liar itu juga mengalami kondisi luka yang serius akibat jeratan. Dia menambahkan induk gajah tersebut ekornya terluka terkena jeratan dan anaknya terkena jeratan di kaki bagian depannya.
"Tim kita lagi memantau keberadaan gajah liar itu. Rencananya hari ini keduanya akan kita lakukan pengobatan. Tim dokter hewan dari tim Veswic," kata Supartono.
Untuk sekedar diketahui, saat ini kelompok gajah liar itu ada 24 ekor yang sebelumnya 25 ekor. Hanya saja satu ekor di antaranya belum lama ini mati akibat tersengat kawat yang dialiri listrik yang dipasang warga di areal perkebunannya.
Kelompok gajah liar ini mestinya hidup di kawasan hutan suaka margastawa Balai Raja di Bengkalis. Sayangnya, dari luas 18 ribu hektare (ha) kini hanya tersisa sekitar 150 ha. Selebihnya kawasan hutan sudah dijarah masyarakat untuk perkebunan sawit, perladangan dan dijadikan desa.
Kondisi ini membuat gajah liar kian terjepit. Habitatnya sudah dijarah manusia serakah. Pemerintah daerah dan pusat dalam hal ini Kemenhut juga tak kuasa membendung penguasaan liar di kawasan suaka margasatwa Balai Raja. (cha/rvk)











































