Ono 'Man of Steel' Ingin Bangun Galeri Seni Patung Besi dari Rongsokan

Ono 'Man of Steel' Ingin Bangun Galeri Seni Patung Besi dari Rongsokan

M Aminudin, - detikNews
Selasa, 16 Feb 2016 09:46 WIB
Foto: M Aminudin/detikcom
Malang - Ono Sumarsono sudah menghasilkan sejumlah karya patung besi dari bahan rongsokan. Ono sudah menghasilkan sejumlah karya patung besi rongsokan. Karya patung besinya juga ada yang dibawa ke luar negeri sampai ke Australia dan negara-negara Asia.

Ono, yang kini berusia 68 tahun, punya cita-cita yang masih dalam angan-angan. Dia ingin mendirikan galeri seni patung yang menampung hasil karyanya.

"Ingin buat galeri sendiri, dan siapa yang ingin memiliki karya saya silakan saja," kata Ono ditemui detikcom di kediamannya Jalan Semeru Gang Gereja Nomor 12, Kota Malang, Senin (15/2/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa karyanya telah berada berbagai galeri seni di Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang, Inggris, Belgia, Jerman, dan Afrika Selatan. Bahkan beberapa negara secara langsung mengundangnya untuk membuat patung besi.

Dalam proses pembuatan patung, lanjut Ono, bukanlah hal mudah harus mengetahui dan memahami keseimbangan karya, perspektif, titik nol, diagonal, dan vertikal karya sehingga karya yang dibuatnya dari barang rongsokan itu bisa mirip dengan bentuk aslinya.

Dia mencontohkan patung Burung Emu secara langsung dibuatnya di Perth, Australia, beberapa waktu yang lalu. Patung burung khas negara itu dibuatnya dari berbagai besi rongsokan. Mulai dari onderdil mobil, kereta api, dan juga onderdil sepeda motor. Karena berat, untuk menyambungkan kepala dengan badannya, dibutuhkan alat berat untuk mengatrolnya.

"Di sana (Australia-red) untungnya banyak besi bagus dengan alat yang lengkap sehingga mudah untuk mengerjakannya," jelas dia.

Setelah jadi, hasil karyanya membuat kagum para seniman patung dari Australia. Ono telah mendapatkan berbagai tawaran dari seniman dunia untuk membuat patung di berbagai negara. Sudah ada tiga negara yang memintanya untuk membuat patung besi, yakni Chili, China, dan Amerika Serikat.

Sebagai seniman, dalam berkarya dia tidak pernah membuat patokan harga. Dengan dihargai orang, dia pun sudah sangat senang. "Seni itu ya untuk seni. Seni sudah untung jika dihargai oleh orang, bukan uang," sebut Ono.

Sebagai pematung, Ono mengaku banyak belajar dari kolektor seni dan budayawan asal Belanda yang tinggal di Kota Malang, yakni Dr. van Hay Kop Ten Ham.

"Ten Ham banyak membantu saya dan teman-teman. Selain membeli karya-karya abstrak saya, dia juga banyak mengenalkan saya dengan tokoh-tokoh seni rupa, misalnya dengan C.J. Ali, Dos Laksono, Karyono, Supono, Yoshinogi dan Ipe Makruf," tutur Ono seraya membetulkan kacamata minusnya. (dra/dra)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads