Saat itu, wanita yang akrab disapa Nur ini baru saja menyelesaikan kunjungannya ke sebuah pabrik di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat. Namun tak tampak raut wajah letih di wajah perempuan kelahiran Jakarta, 28 Juli 1956 itu.
Malahan Nur sangat bersemangat. Nur kemudian mengajak tim detikcom untuk makan malam dulu di ruang kerjanya sebelum beranjak ke rumah dinasnya di Jalan Denpasar Raya, Kuningan, Jakarta Selatan.
![]() |
Begitu tiba di ruang kerjanya, Nur mempersilakan kami untuk menunggu sesaat. Karena saat itu, ada beberapa berkas yang harus dibereskan dan tamu yang sudah menunggu di ruang kerjanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aneka jenis nasi, mulai nasi putih hingga merah tersedia di meja makan. Begitu pun lauk pauknya seperti ikan, udang, sop, dan sayur buncis.
Setelah 30 menit menunggu, Nur kemudian bergabung dengan tim detikcom di meja makan. Teh manis dan air putih turut melengkapi makan malam kami dengan Siti Nurbaya Bakar.
Di sela-sela makan malam, beberapa perbincangan pun dilakukan Nur dengan kami. Mulai hutan di Indonesia hingga hal-hal seputar keluarganya.
Sekitar sejam kami makan dan berbincang di meja makan bersama Nur. Lalu dengan semangat, Nur mengajak kami untuk langsung tancap gas ke rumah dinasnya.
"Pokoknya feel free aja dengan saya. Kita nanti lebih banyak berbincang di rumah. Nggak tahu nih cucu-cucu saya udah tidur belum ya. Ada cucu-cucu di rumah," tutur Nur.
![]() |
Siti Nurbaya Bakar merupakan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan pertama Indonesia. Sebelumnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan terpisah. Dia dilantik menjadi menteri oleh Presiden Jokowi pada 27 Oktober 2014 di Istana Negara.
Tim detikcom bersama Siti Nurbaya Bakar keluar dari Kantor Kemen LHK sekitar pukul 19.00 WIB. Dengan menggunakan mobil Toyota Alphard RI-38 dan mobil operasional detikcom, kami meluncur ke rumah dinas Nur.
Karena hujan dan lalu lintas yang padat ketika itu, kami baru tiba di rumah dinas Nur sekitar pukul 21.00 WIB. Setibanya di rumah dinasnya, Nur meminta waktu untuk berganti pakaian sebelum melakuakn perbincangan dengan tim detikcom.
Sambil menunggu, segelas teh hangat dan makanan kecil disuguhkan di meja makan. Terlihat beberapa plakat penghargaan terpajang di meja ruang tamunya.
Nur sudah berganti dengan pakaian yang lebih santai, kemeja lengan pendek berwarna biru dan celana panjang hitam. Saat tim detikcom menyiapkan peralatan wawancara, Nur sempat bercerita mengenai rumah dinasnya.
![]() |
Cerita Nur, perabotan di rumah dinasnya ini sudah ada sejak zaman Sarwono Kusumaatmadja masih menjadi Menteri Negara Lingkungan Hidup. Tadinya, Nur akan menempati rumah dinas di daerah Widya Chandra, namun karena rumah Nur suka menjadi tempat menginap anak-anak dan cucu-cucunya, maka dia memilih rumah yang dulu pernah ditempati oleh Zulkifli Hasan yang sekarang menjadi Ketua MPR.
Nur juga memberikan sentuhan berbeda di rumah dinasnya. Dia menempatkan meja rapatnya di samping ruang tamunya. Kadang menurut Nur, bila larut malam ada kejadian tak terduga, dia selalu rapat di rumah bersama para dirjen dan staf Kemen LHK.
"Ini kediaman rumah dinas saya. Percaya nggak kalau perabotan semua di sini udah lama-lama banget? Sejak zamannya Pak Sarwono. Dulu saya mau nempatin rumah di Widya Chandra. Karena saya sibuk, jadi saya minta tolong anak saya untuk mengecek ke sana. Tapi katanya luas rumahnya terlalu kecil. Karena kan saya bawa anak-anak dan cucu-cucu. Apalagi cucu sering lari-larian jadi butuh space yang besar. Kebetulan bekas rumahnya Pak Zulkifli Hasan kosong, ya sudah akhirnya saya pilih di sini," terangnya.
![]() |
Peralatan wawancara pun telah siap. Nur duduk dengan santai di bangku yang telah disediakan di ruang tamunya. Cerita kemudian dimulai soal jarangnya Nur memakai kebaya dan selalu memakai sepatu pria dalam berbagai kesempatan.
Kata Nur dengan dirinya memakai kebaya, membuat gerak geriknya tidak terlalu cepat. Dia kemudian juga memberikan alasan mengenai selalu memakai sepatu pria. Menggunakan sepatu pria, membuatnya lebih gampang berlari jika ada sesuatu kejadian.
Jarangnya dia memakai rok juga diungkapkan Nur. Menurutnya, saat masih kuliah dulu di Universitas Indonesia (UI), dia pernah pakai rok dari rumah ke kampusnya di Salemba dengan menaiki mikrolet. Saat naik ke dalam mikrolet itulah kemudian roknya kesangkut dan dia terjatuh.
"Saya kan pakai rok panjang, pakai sepatu, terus pakai rok kesangkut di mikrolet terus jatuh. Jadi saya pikir itu agak berbahaya. Kalau kita naik angkutan umum pakai rok kan duduknya relatif susah ya, akhirnya lebih ke saya punya posisi, saya lihat oh kalau kerja tuh lebih praktis pakai celana panjang. Nah dari situ saya bisa jawab mengapa saya nggak pakai rok," kisahnya.
Nur kemudian bercerita saat dirinya menjadi perempuan satu-satunya di kabinet yang memakai jas. Alasan dia dengan memakai jas sangat simpel, namun tetap dia tak meninggalkan sisi perempuannya.
![]() |
Selain itu Nur juga bercerita mengenai hobinya minum teh. Dia tidak suka minum air putih karena menurutnya tawar dan bikin mual.
"Saya bersyukur karena sekarang kan di kabinet makainya baju putih dan batik, bawahnya bebas. Jadi ya menurut saya cocoklah. Ringkes, kerja aja yang penting. Kalau soal minum teh, saya hobi banget. Saya nggak suka minum air putih karena rasanya tawar. Jadi suka mual," Nur menjelaskan.
Pembicaraan kemudian semakin lama semakin privat. Nur tak canggung-canggung menceritakan semuanya kepada tim detikcom.
"Ini detikcom yang pertama loh ekslusif sama saya. Padahal yang lainnya udah pada minta dari lama," selorohnya.
Bagaimana kisah lain kehidupan Menteri LHK perempuan pertama Indonesia ini? Saksikan kisah lengkapnya hanya di detikcom.
(yds/bal)