Ono 'Man of Steel' Berbagi Cerita Membuat Patung Besi dari Barang Rongsokan

Ono 'Man of Steel' dari Malang

Ono 'Man of Steel' Berbagi Cerita Membuat Patung Besi dari Barang Rongsokan

M Aminudin, - detikNews
Selasa, 16 Feb 2016 08:38 WIB
Foto: M Aminudin/detikcom
Malang - Bakat seni Ono Gaf atau Ono Sumarsono ternyata sudah dimiliki sejak kecil. Pria berusia 68 tahun itu belajar seni secara otodidak. Ono belajar dari buku-buku. Tak heran memang, ribuan judul buku memenuhi ruang tamu rumahnya.

Beragam jenis buku ada, mulai dari kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan kesenian menjadi santapan Ono. "Saya otodidak dan pernah belajar ke sana kemari. Paling-paling ya membeli buku terus saya baca," ucapnya santai ditemui di rumahnya di Malang, Senin (15/2).

Kalung manik-manik warna warni, topi, dan kacamata menjadi ciri khas kostum Ono saat berkarya.Β  Lahir di dekat Pasar Comboran (Pasar Loak) yang terkenal di Kota Malang ternyata banyak membuat inspirasi dan semangat Ono untuk berkarya. Awalnya, saat duduk di bangku sekolah dasar, dia mulai belajar membuat patung dari tanah liat dan melukis.
M Aminudin/detikcom

Namun tidak lama, dirinya segera meninggalkan dan lebih menekuni hobi barunya melihat dan mengkoleksi barang bekas berbahan besi. Saban hari dia melihat kerja pandai besi atau pengrajin besi. Dari sanalah dia akhirnya belajar mengenai pembentukan besi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beranjak remaja hingga dewasa Ono mulai belajar mengelas. Keahlihan itu semakin matang pada tahun 1975, dirinya semakin mahir bagaimana membentuk besi. "Di situlah saya mulai membuat patung-patung sesuai hati nurani saya," kata kakek sembilan cucu ini.

Di tahun yang sama itu, Ono sudah menggelar pameran tunggal dengan karyanya patung besi. Sebanyak 30 patung dipamerkan Lembaga Indonesia-Amerika di Surabaya.

Sebagai seniman patung besi, Ono bisa disebut jenius karena dapat menggabungkan berbagai jenis besi menjadi karya yang menakjubkan. Seperti patung Kura-Kura maupun Buaya kini tengah dalam proses penggarapan, hanya bermodal las listrik Ono menggabungkan beragam barang berbahan besi untuk membentuk karyanya tersebut.

Sampai kini, Ono selalu 'gatal' ketika melihat barang-barang bekas berbahan besi, kedua tangannya seraya ingin menyatukan rongsokan itu menjadi sebuah karya. "Penginnya itu utak-utek terus, sulit diri saya ini diajak diam atau bersantai," paparnya.

Ono dilahirkan bukan dari keluarga berada, dia merupakan anak keempat dari delapanbersaudarapasanganSriBanadanAbdulGafur. Ibunya, seorang perempuan Jawa yang sabar.MenurutOno,leluhurnyamasihbertrah Solo. Ibunya masih terhitung cucu buyut 'EyangSoro'tokohspiritualis di Malang zaman dulu,danYaiTamin, seorang kolektor barang lama di Malang.KalauayahOnobernamaAbdulGafur, berprofesi sebagai tukang jahit spesial jas.MenurutOnoayahnyasangatagamis, jujur, keras dan berdisiplin.
Ono bersama karyanya/dok Gina Sanderson-Facebook


"Bapak saya disiplin dalam mendidik. Banyak waktu kecil dihabiskan di langgar (musala-red). Mungkin bakat seni adalah turun temurun dari leluhur yang sudah menyukai karya seni dan berseni rupa," ungkap Ono.

Dia masih mengenang ketika di bangku sekolah dasar pernah menjawab pertanyaan guru soal cita-citanya. Ono menjawabnya ingin menjadi tukang besi. "Mungkin karena saya dilahirkan dengan lingkungan dekat besi," celetuknya.

Spirit kesenian Ono rasanya tak pernah surut, senantiasa menggelegak, tak terbendung untuk terus melukis atau membuat patung. Apakah karyanya itu bagus atau tidak, secara teknik benar atau salah, semua itu tidak pernah Ono persoalkan.

"Saya melukis dan membuat patung sesuka hati saya. Karya saya adalah hasil pikiran dan rasa hati," tegas Ono. (dra/dra)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads