Gerhana 1988, Peneliti Jepang Malah Berburu Penyu

Gerhana Matahari Total di Indonesia

Gerhana 1988, Peneliti Jepang Malah Berburu Penyu

Okta Wiguna - detikNews
Senin, 15 Feb 2016 07:39 WIB
Foto: Zaki Alfarabi
Jakarta - Peneliti Jepang bergabung puluhan ilmuwan dari berbagai negara ke Kalimantan demi menyaksikan gerhana matahari total 18 Maret 1988. Pilihan mereka adalah Pulau Maratua yang berada di Laut Sulawesi.

Pulau itu masuk wilayah Kabupaten Berau. Namun mereka harus menempuh perjalanan sejauh 165 kilometer dari Ibu Kota Kabupaten di Tanjung Redeb.

Saat gerhana 1988 itu, Pulau Maratua memang jadi salah satu titik penelitian gerhana. Peneliti daari Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Brunei Darussalam ada di sana. Lembaga antariksa AS (NASA) juga memusatkan penelitian gerhana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun berbeda dari koleganya yang memburu gerhana itu, peneliti Jepang justru mencari penyu. Mereka memang pakar biologi kelautan.

Pada pukul 08.49 WITA, gerhana matahari mencapai puncaknya di Maratua. Langit pulau itu mendadak gelap.

Selama tiga menit cahaya matahari meredup itulah beberapa ekor penyu muncul mendekati pantai. Hewan yang biasanya hanya naik ke daratan saat malam untuk bertelur ini rupanya mengira hari sudah larut.

Perilaku "tertipu" gerhana inilah yang memang ingin dipelajari oleh peneliti Jepang tadi. Beberapa hewan malam memang mendadak beraktivitas saat gerhana matahari total mencapai puncaknya. Sebaliknya, hewan siang justru mengakhiri aktivitasnya karena mengira malam sudah datang.

(Baca juga: Dari Jangkrik Hingga Lebah, Begini Perilaku Hewan Saat Gerhana Matahari)

Beberapa media massa yang ikut memantau gerhana dari Maratua menuliskan hari itu laut cenderung tenang. Mereka bisa melihat penyu dan ikan mendekat ke pantai.

Selain para peneliti, pemandangan langka itu juga dinikmati banyak anak sekolah dari berbagai pulau di sekitar Maratua. Mereka bergabung dengan warga pulau yang berpenduduk 595 jiwa itu.

Warga Maratua sejak beberapa hari sebelum gerhana memang ikut disibukkan oleh kedatangan para peneliti. Tak adanya hotel membuat mereka membiarkan para peneliti menumpang di rumahnya.

Pulau seperti Maratua biasanya dipilih peneliti karena mencari pemandangan yang tak terhalang untuk mengamati dan mendokumentasikan gerhana. Tahun ini ketika gerhana matahari total kembali melintasi Indonesia pada 9 Maret 2016, peneliti memilih Pulau Plum di Maba, Maluku Utara yang punya karakteristik sama seperti Maratua.

Selain ruang pengamatan gerhana yang luas, ada juga burung maleo dan kelelawar. Kedua hewan malam ini akan diteliti perilakunya saat gerhana matahari total. Β 



(okw/jor)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads