Awan panas terjadi selama 30 menit dan tidak membahayakan permukiman warga. "Sekitar kurang lebih 30 menit," kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Ayu Dewi Utaro kepada detikcom, Sabtu (14/2/2016).
Ayu menambahkan, kondisi Gunung Semeru telah beransur normal kembali pasca muntahan awan panas tersebut. "Sekarang sudah normal, cuma 30 menit saja," tambahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ayu mengatakan bahwa yang terjadi bukanlah erupsi dan status Gunung Semeru tetap waspada. "Bukan erupsi tetapi guguran awan panas sesuai dari pos pengamatan di Gunung Sawur pagi tadi sekitar pukul 06.02," tambahnya.
Dijelaskan Ayu, awan panas berpusat di puncak lidah lava yang artinya tidak sampai berdampak ke permukiman penduduk. "Tidak juga ada kerugian, karena lokasinya jauh dari permukiman," jelasnya.
Tingkat aktivitas Gunung Semeru masih di level 2 sejak 2012 dengan jarak aman diluar 4 kilometer dan jarak desa terdekat sejauh 9 kilometer. "Dugaan sementara awan panas akibat aktivitas pertambahan kubah pada November 2015 yang terjadi di sekitar puncak dan lidah atau kubah lava yang pada November 2015 lalu patah dan tidak stabil pada Febuari 2016 ini,". "Hari ini akan kita evaluasi apakah sumber awan panas tersebut hanya dari material kubah November 2015 atau ada suplai baru," tutup Ayu.
Yoyok Heri Wahyudi (35), warga Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, mengatakan jika wilayah tempat tinggal aman dari muntahan awan panas Semeru, meskipun berada di sisi selatan. "Di sini aman saja," ujarnya terpisah.
Awan panas terbesar terjadi pada 31 Desember 2002 masuk ke Besuk Bang dengan jarak luncur 11 km dari puncak. Dampak terjadinya awan panas 501 orang harus diungsikan. Dampak positifnya endapan awan panas yang berada di Besuk Bang menjadi sumber material bangunan berupa pasir dan batu. (hri/hri)