Tapi perlu dicatat baik-baik, masih banyak polisi jujur yang memiliki integritas yang bisa disandingkan dengan Jenderal Hoegeng. Banyak polisi berprestasi dan bekerja dengan baik untuk memberikan pelayanan, pengayoman dan perlindungan terhadap masyarakat dengan integritas.
Nah, dari sekian kampanye merangkul publik yang dilakukan polisi, salah satu yang menarik perhatian adalah kampanye Turn Back Crime atau bersama-sama memerangi kejahatan.Β Turn Back Crim ini kampanye yang dilakukan Interpol secara global sejak 2014 dan kini diadposi di Polda Metro Jaya.
![]() |
Adalah Kombes Pol Krishna Murti, Direskrimum Polda Metro Jaya yang pernah bertugas di kantor Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) New York, Amerika Serikat, salah satu perwira yang paling getol mengkampanyekannya. Tentunya publik juga sering melihat Krishna dan anak buahnya memakai kaos biru berkerah dengan tulisan Turn Back Crime.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah sempat menginjakkan kaki di 50 negara belahan Eropa dan Timur Tengah, 17 di antaranya negara konflik, lalu kembali ke Indonesia dan mendapatkan posisi strategis sebagai Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya, Krishna melihat banyak persoalan kompleks yang terjadi di Jakarta.
![]() |
"Minggu-minggu pertama masalah di Polda Metro Jaya itu kompleksitasnya luar biasa. Standar kota Jakarta saja tidak bisa disamakan dengan kota besar lain di Indonesia. 'Kitabnya' saja tidak bisa sama, apalagi masalahnya, apalagi kriminalitasnya. Karena transnational organize crime itu di sini pusatnya (Jakarta-red)," ujar pria 46 tahun itu.
Menurut Krishna, permasalahan di Kota Jakarta ini sudah sebanding dengan kota-kota besar di negara lain seperti Tokyo, New York, London dan Beijing. Dengan begitu, maka standar polisinya pun harus sekelas organisasi kelas dunia. Tidak hanya dari cara berpakaian, tetapi juga dari cara kerjanya yang harua se-elite polisi luar negeri.
"Saya harus membawa organisasi saya Direktorat Reserse Kriminal Umum. Makanya saya membawa anggotanya ke kelas seperti itu. Sudah bisa seperti itu? Bisa, cuma anak buah kita belum percaya diri," lanjut Krishna.
Sejajar dengan Polisi Dunia
Soal urusan kemampuan dalam keresersean, Krishna mengklaim anggota Polda Metro Jaya tentu tidak kalah, bahkan bisa lebih dari polisi luar negeri. Seperti contoh, banyak polisi Asia yang berlatih ke Polda Metro Jaya misalnya dalam hal penanganan pencegahan terorisme.
"Polisi kita itu hebat-hebat, dengan Amerika ini lebih hebat dari polisi New York (NYPD) dalam hal kemampuannya. Saya kerja di PBB sudah memimpin banyak polisi di dunia. Kalahnya di penggunaan teknologi sama sinergitas, serta kemampuan manajemen leadership-nya kurang," lanjut perwira yang pernah membubarkan lokalisali di Kalijodo ini.
Sama halnya dengan Federal Bureau of Investigation (FBI) atau New York Police Department (NYPD), polisi kita juga kini tidak lagi melakukan penyelidikan secara manual, tetapi sudah menggunakan teknologi penyelidikan ilmiah atau Crime Scientific Investigation (CSI). Contohnya saja, Disaster Victim Identification (DVI), ahli forensik, IT forensik, kimia forensik, dimiliki oleh Polri.
![]() |
"Permasalahannya di kita itu inginnya jalan sendiri-sendiri, tidak mau berjalan bersamaan. Sehingga sinergitasnya kurang," imbuh lulusan Akpol 1991 ini.
Branding Polisi Jakarta
Dalam hal kemampuan keresersean, Polda Metro Jaya memang tidak kalah. Tetapi, kerja keras, pengungkapan kasus saja tidak cukup untuk mengembalikan kepercayaan publik.
Stigma negatif masyarakat soal polisi ini yang sulit dihilangkan. Lewat kampanye Turn Back Crime inilah, Krishna berupaya membuat polisi yang lebih dicintai lagi oleh masyarakat.
"Saya berikan kepercayaan diri pada anggota cara bekerja seperti itu, pertama saya yakinkan ke mereka, mereka hebat, standar internasional. Caranya kalau begitu saya buat dulu penampilannya. Saya buat mereka penampilannya bagus dulu," ucap Krishna.
Untuk menampilkan polisi yang dicintai masyarakat ini, Krishna menggunakan teori asosiasi. Kaos-kaos atau sepatu dengan merek-merek terkenal akan menjadi booming di masyarakat bila dipromosikan oleh tokoh atau figur publik terkenal.
"Kenapa polisi di luar negeri banyak disukai, terus kaos-kaosnya dijual. Orang bangga beli baju ada NYPD-nya, sehingga pakaiannya dijual. Orang bangga 'saya dari Amerika beli kaos NYPD-nya karena mereka melihat style mereka itu keren. Saya kalau ke luar negeri selalu pakai pakaian lapangan. Oh polisi saya itu harus saya dandanin," urainya.
Lewat slogan Turn Back Crime itu pula, Krishna membranding anggotanya. Dengan mendandani anggotanya dengan berbagai merchandise bertulisan Turn Back Crime, ia meyakini, selain dapat mudah dikenali masyarakat tetapi juga dapat lebih dicintai masyarakat.
![]() |
"Nah saya balik dari luar, asosiasi sudah dipakai, kan mereka sudah kayak polisi New York, kan SDM-nya sama tuh. Saya raih kepercayaan masyarakat dulu, kalau ada kasus-kasus tertentu saya mainkan (dengan memakai kaos bertuliskan Turn Back Crime)," lanjutnya.
Cara kerja polisi reserse memang tertutup dengan berpakaian preman agar tidak mudah dikenali oleh masyarakat saat sedang melakukan penyamaran. Nah, kaos Turn Back Crime ini tentunya tidak digunakan oleh anggota Reskrimum Polda Metro Jaya yang sedang melakukan tugas-tugas penyamaran, penyelidikan atau upaya penangkapan.
"Kaos TBC ini hanya dipakai anggota piket saja. Untuk hari Kamis pun saya bikin seragam khusus berupa kemeja warna hitam dengan tulisan 'POLISI' di belakang," lanjutnya.
Kaos TBC ini hanya digunakan saat anggota melakukan olah TKP, rekonstruksi, konferensi pers atau ketika ikut mengamankan demo. Maka jangan heran ketika melihat polisi Polda Metro Jaya khususnya reserse yang mengenakan kaos TBC menghiasi layar kaca.
"Nah di sini saya gunakan titik panas. Kamu (polisi) kan masuk TV, tidak kelihatan kalau pakai baju gembel. Kamu pakai baju polisi, baju TBC itu belakangnya tulisan Polisi, kita ini 'ngejual' polisinya bukan ngejual Jatanras, Resmob, atau Ditreskrimum," cetusnya.
Upaya Krishna ini cukup berhasil. Terbukti saat ini tidak hanya polisi saja yang mengenakan kaos TBC, tetapi masyarakat pun menggunakan berbagai merchandise TBC seperti kaos, stiker, topi, jaket dan lain-lain. Bahkan diakui Krishna, perlengkapan bertulisan TBC yang dijual komunitas laku keras.
"Itu menandakan bahwa orang ada rasa kecintaan kepada polisi kita, bangga dengan polisi kita. Dan sekarang tidak hanya polisi Polda Metro Jaya yang pakai, polisi-polisi di daerah juga mulai menerapkan teori asosiasi ini dengan memakai kaos TBC. Jadi sudah 'mewabah'," lanjutnya.
Krishna berharap dengan mewabahkan TBC ini ke publik, kepercayaan masyarakat akan Polri pun meningkat. Dan tentunya, publik yang mengenakan kaos TBC ini pun tidak menyalahgunakannya. "Bukan hanya untuk meningkatkan citra Polri di masyarakat, tetapi juga kami harapkan masyarakat yang menggunakan kaos TBC ini tidak menyalahgunakannya dan mereka juga mau ikut memerangi kejahatan," tutupnya.
(mei/dra)