Setiap pesawat Airbus A320 milik maskapai ini pun dicat khusus dengaan livery (corak) Turn Back Crime. Ini merupakan bentuk kerjasama maskapai swasta tersebut dengan Interpol yang berpusat di Prancis.
detikcom berkesempatan terbang di atas pesawat bertuliskan Turn Back Crime dengan warna kuning biru ini dalam penerbangan Sydney-Denpasar pada akhir Januari 2016 silam. Pesawat ini dioperasikan oleh AirAsia Indonesia. Pesawat dicat dengan tulisan khusus Turn Back Crime berukuran sangat besar memanjang sepanjang bodi pesawat dan tulisan kecil #TOGETHERWECAN di bagian atasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sungguh bangga dengan diluncurkannya livery Turn Back Crime yang menambah livery terbaru di jajaran armada Grup AirAsia. Peluncuran livery ini merupakan komitmen kami dalam upaya peningkatan keamanan dan keselamatan penumpang. Pesawat ini akan membawa pesan penting untuk melawan terorisme dan kejahatan menuju ke 23 destinasi dalam jaringan AirAsia. Kami berharap kerja sama yang terjalin antara AirAsia dan Interpol semakin mendukung keamanan perjalanan udara dan menjadi sebuah tolok ukur bagi industri penerbangan dunia," kata Group CEO AirAsia, Tony Fernandes.
Menggarisbawahi pentingnya upaya kerja sama ini, AirAsia sejak Juni 2014 menjadi maskapai penerbangan pertama yang menerapkan sistem Interpol I-Checkit guna melacak keaslian paspor calon penumpang berdasarkan database dokumen perjalanan yang hilang dan dicuri atau Stolen and Lost Travel Documents (SLTD) yang dimiliki oleh Interpol. Sampai saat ini, sistem ini telah mendeteksi dan mencegah 50 penumpang yang hendak bepergian dengan dokumen perjalanan palsu.
"Sebagai salah satu tindak lanjut kerja sama tersebut, kami dengan bangga mendedikasikan satu unit pesawat Airbus A320 milik AirAsia Indonesia untuk dilakukan pengecatan livery dengan corak Interpol. Pesawat dengan livery khusus ini akan secara regular terbang dan mendarat di berbagai kota di Indonesia maupun sejumlah negara ASEAN lainnya, sehingga membuat kampanye keamanan yang dilakukan AirAsia dan Interpol dapat berjalan efektif," kata Sunu Widyatmoko, Presiden Direktur AirAsia Indonesia.
Dalam siaran pers ini, Sekretaris Jenderal Interpol, Ronald K. Noble juga mengapresiasi langkah AirAsia. "AirAsia telah menunjukkan komitmennya dalam mendukung keselamatan dan keamanan penumpang melalui penerapan sistem I-Checkit. Dengan mendukung kampanye Turn Back Crime ini, AirAsia telah membantu untuk menyebarkan pesan khusus yaitu mengajak masyarakat luas dalam memerangi kriminalitas," ujarnya.
Executive Director Kampanye Turn Back Crime, Roraima A. Andirani mengatakan kampanye ini turut mendukung banyak negara dalam upaya melindungi negara mereka terkait tindak kejahatan dan terorisme.
"Tidak melihat dari mana pihak tersebut berasal baik dari kalangan masyarakat umum, sektor swasta maupun pembuat kebijakan, kita masing-masing dapat berkontribusi dan bersatu untuk memerangi kejahatan dan terorisme," tutur Andriani.
"Saya berharap inovasi AirAsia ini dapat semakin menginspirasi masyarakat luas untuk semakin menemukan langkah baru dan menarik dalam mempromosikan kampanye Turn Back Crime," tambah Andriani.
Proses pengerjaan livery pesawat ini memakan waktu selama 130 jam (6 hari) dan akan terbang ke 23 rute internasional. Publik dapat turut mempromosikan kampanye ini dengan mengunggah foto pesawat livery #TurnBackCrime menggunakan hashtag #AirAsia#TurnBackCrimePlane #INTERPOL dan menyebutkan @TurnBackCrime atau @INTERPOL_HQ.
detikcom juga menyaksikan pesawat AirAsia bertuliskan Turn Back Crime ini di Bandara Internasional Lombok hari ini. Pesawat tampak mencolok dan berbeda dengan pesawat lainnya sehingga menarik perhatian para tamu bandara.
(van/nrl)