Aiptu Budiono merupakan salah satu korban teroris bom Thamrin. Dia terkena luka tembak dari jarak hanya 1 meter oleh salah satu teroris yang bernama M Ali.
Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 14 Januari lalu sekitar pukul 10.00 WIB pagi. Budiono awalnya sedang berjaga di Balai Kota DKI mengantisipasi aksi demonstrasi. Tiba-tiba, ada kabar ledakan di pos Lalu Lintas Thamrin. Anggota Provost Polres Jakarta Pusat menduga, situasi sudah steril. Tak akan ada lagi serangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budiono yang masih bisa berjalan memilih merebahkan tubuh ke pinggir jalan dekat Hotel Sari Pan Pacific. Dia kemudian sempat dibantu oleh warga, lalu dibawa menggunakan mobil Kapolres Jakarta Pusat Kombes Hendro Pandowo ke RS Budi Kemuliaan lalu diangkut menggunakan ambulans ke RSPAD Gatot Subroto.
Peristiwa yang hampir merenggut nyawanya itu memberikan hikmah tersendiri. Budiono merasa bersyukur diberikan kesempatan untuk hidup dan bertemu kembali dengan keluarga tercinta.
"Saya ambil hikmah dari kejadian ini terutama harus banyak bersyukur, bersabar dan selalu waspada," ucap Budiono saat berbincang dengan detikcom di Gedung Biddokes Polda Metro Jaya, pekan lalu.
Menurut dokter, Budiono mengalami tiga luka tembak yang menembus tubuhnya. Di antara peluru tersebut ada yang mengenai usus dan sebagian paru-paru. Karena itu, usus polisi 44 tahun tersebut harus dipotong sebanyak 4 cm dan paru-parunya dijahit.
Budiono dirawat selama 11 hari di RSPAD Gatot Subroto. Empat hari di antaranya, dia tak sadarkan diri. Sejak 25 Januari, Budiono sudah kembali ke rumah dan kini hanya perlu menjalani kontrol saja.
![]() |
Hari-hari ayah dua anak itu kini menjadi terasa lebih bermakna. Menurut suami dari Rina Ferdina ini, Tuhan sudah memberikan kesempatan hidup kedua padanya. Karena itu, dia akan menjalaninya dengan penuh semangat. Tidak ada kata trauma.
Selain itu, dia juga bertekad untuk berhenti merokok. Selama ini, Budiono adalah seorang perokok berat dan peminum kopi tak kenal waktu. Dia ingin hidup sehat setelah peristiwa teror tersebut.
"Habis kejadian ini saya mau berhenti merokok. Karena dokter juga bilang paru-paru saya keserempet. Biarpun dokter nggak menyarankan, saya berhenti sendiri. Dulu saya perokok berat, sehari bisa 3 bungkus. Ngopi juga di rumah paling pagi dan malam, tapi kalau di kantor bisa bergelas-gelas," katanya.
"Makanya dengan kejadian ini saya mau coba hidup sehat karena saya sayang sama anak istri saya. Nanti kalau saya merokok lagi, kena penyakit lagi paru saya sudah keserempet," tambahnya.
![]() |