Wawan mengaku dia lama bekerja di kawasan wisata Ancol, Jakut. Dia menjadi tenaga kerja lepas sebagai tukang batu dan taman. Hingga akhirnya dia memutuskan menjadi tukang tambal ban sejak delapan tahun lalu.
"Nambal ban motor dan mobil saya bisa," terang Wawan saat ditemui di daerah Ancol, Senin (8/2). Wawan menambal ban berkeliling dengan menggunakan motor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nambal ban belajar secara otodidak, modalnya dulu Rp 300 ribu buat beli alat-alat tambal ban. Penghasilan rata-rata per hari Rp 75 ribu sampai Rp 100 ribu. Ya kira-kira 5 sampai 7 pelanggan per harinya," urai Wawan. Biaya tambal ban Wawan sekitar Rp 15 ribu.
Penghasilan dia sehari-hari itu cukup untuk biaya dia makan seorang diri, istrinya sudah meninggal 19 tahun yang lalu, sedang anak-anaknya sudah memiliki penghasilan.
"Anak saya semua sudah lulus sekolah semua dan sudah kerja. Saya nggak mau nikah lagi, sekarang mah pengen gendong cucu saja," tutur dia.
Wawan juga menabung uang pendapatannya, dia tak mau memberatkan anak-anaknya nanti. Sehari Wawan bekerja sejak pukul 11.00-21.00 WIB. Bila badam tak sehat, baru Wawan libur.
Menjadi tukang tambal ban ada juga pengalaman tidak enaknya, yaitu saat dituduh sebagai yang menebar paku atau sengaja membolongi ban.
"Dukanya kadang dicurigain sama calon pelanggan yang lagi kempes ban di jalan, pas dia samperin mau nolong nambel ban malah dikira mau jahat. Sukanya, kalau nolong orang. Kadang saya gratisin kalau orangnya nggak punya uang. Saya ikhlasin saja, yang penting bisa nolong sama punya teman banyak," tutur Wawan yang mengaku bisa menerima orderan dipanggil di nomor HP 081310182231. (dra/dra)