Aiptu Budiono sedang melakukan tugas jaga di Balai Kota DKI. Siang itu, pada Kamis (14/1), dia mendengar di radio ada ledakan di pos lantas Thamrin. Awalnya, dia berpikir situasi sudah steril. Namun ternyata, pelaku teror masih belum puas hanya dengan meledakkan pos polisi, mereka juga menembaki para anggota dengan membabi buta. Salah satunya adalah Budiono.
Saat turun dari motor, Budiono dihampiri oleh teroris yang diketahui belakangan bernama M Ali. Pria berbaju biru muda itu memutari mobil Kepala Biro Operasi Polda Metro Jaya Kombes Martuani Sormin, sambil mengeluarkan senjata. Dor! Dor! Budiono ditembak di bagian dada dan perut. Dia mendengar dua kali tembakan, tapi setelah diperiksa, ada tiga peluru yang menembus tubuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bintara Provost Polres Jakarta Pusat itu sempat dibawa ke RS Budi Kemuliaan lalu dilarikan menggunakan ambulans ke RSPAD Gatot Subroto. Dia sempat tidak sadarkan diri selama empat hari, sebelum akhirnya bisa keluar dari rumah sakit 25 Januari lalu.
Saat diwawancarai detikcom, tak sedikit pun rasa trauma yang terlihat dari Budiono. Dia masih tetap tegar, bahkan kini ayah dua anak itu merasa lebih baik. Peristiwa penembakan telah membuatnya 'terbangun' kembali. Dia semakin mensyukuri kehidupan. Mencintai anak istrinya lebih dalam. Bahkan berhenti dari kebiasaan buruk masa lalu.
"Saya ambil hikmah dari kejadian ini terutama harus banyak bersyukur, bersabar dan selalu waspada," terangnya.
AKBP Dodi Darmawan
Saat menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Jakarta Timur, tepatnya pada Selasa 15 Maret 2011, sekitar pukul 12.30 WIB, Dodi Rahmawan harus berurusan dengan sebuah paket mencurigakan di sekretariat JIL Utan Kayu, Jaktim. Dodi mendapat laporan dari kapolsek setempat soal paket tersebut.
Tiba di lokasi, Dodi berinisiatif membuka paket tersebut dengan pisau cutter. Ternyata, isinya bom dan meledak sekitar pukul 16.00 WIB. Dodi pun terluka. Telapak tangan kirinya hancur.
![]() |
Sempat mendapat perawatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo selama beberapa hari, Dodi pun kembali ke rumah. Namun kehidupan tidak sama lagi. Dia harus mendapat bantuan dari keluarga untuk menjalankan aktivitas yang menggunakan tangan kiri.
Tak mau berlama-lama dirundung duka, Dodi kemudian bangkit lagi. Lulusan Akpol 1995 itu mendapat dukungan keluarga dan jajaran kepolisian. Dia kini sudah menjadi Kapolres di Aceh Tengah dengan pangkat AKBP. Kejadian lima tahun lalu membuatnya semakin bersemangat membantu masyarakat. Keimanannya semakin meningkat.
"Sampai saat ini tidak ada sesuatu pun yang mejadi hambatan di dalam menjalankan tugas dengan segala kekurangan dan kelemahan saya, baik secara fisik yang saya alami. Tapi justru banyak improvisasi dan semangat kita dalam menjalankan tugas yang berangkat dari segala kekurangan," cerita Dodi saat ditemui detikcom akhir pekan lalu di ruangan kerjanya di Aceh Tengah.
Bagaimana kisah lengkap keduanya? Simak di artikel-artikel selanjutnya. (mad/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini