Sebut saja Adhyaksa Dault, Sandiaga Uno, Biem Benjamin, Ridwan Kamil, Abraham 'Lulung' Lunggana dan yang terbaru Yusril Ihza Mahendra. Balapan dengan waktu, kini masing-masing calon pun mulai bergerilya menggalang dukungan dari partai politik.
Tak hanya itu, mereka juga sibuk menyiapkan visi misi untuk menarik minat pemilih berbagai kalangan di Ibu Kota. Tidak jarang, kritik pedas terhadap kinerja serta pencpaian Ahok dilempar oleh masing-masing calon.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Petahana enggak usah terlalu pusing soal kampanye, soal pilkada. Kami fokus kerja saja. Jadi kalau ada orang yang programnya bisa lebih baik daripada kamu kemudian dia terpilih, yang untuk juga orang Jakarta," tutur Ahok di Balai Kota, Senin (1/2).
Ahok juga dengan tangan terbuka menyambut baik siapa saja yang hendak maju dalam Pilgub DKI 2017 kelak. Menurutnya, semakin banyak calon maka semakin baik karena dengan begitu warga Jakarta disajikan pilihan yang variatif.
Berikut 'perang' reaksi antara Ahok dengan para calon penantangnya menjelang Pilgub 2017:
1. Ahok Vs Adhyaksa Dault Terkait Hasil Survei
Eks Menpora Adhyaksa Dault menatap sumringah hasil survei CSIS yang menempatkannya di nomor urut 4 bursa cagub DKI teratas. Bagi Adhyaksa, dengan perolehan suara 43,25% itu berarti mayoritas rakyat Jakarta tidak ingin Ahok melanjutkan kepemimpinannya selepas 2017 nanti.
Menanggapi itu dengan penalaran yang mirip, Ahok menilai mayoritas rakyat Jakarta berarti tak suka dengan Adhyaksa. Rujukan keduanya adalah survei CSIS yang dirilis 25 Januari kemarin. Survei soal bakal calon gubernur itu menempatkan Ahok di urutan teratas dengan elektabilitas 43,35 persen, disusul Ridwan Kamil 17,25 persen, Tri Rismaharini 8 persen, dan Adhyaksa Dault 4,25 persen.
"Adhyaksa Dault cuma berapa persen ya? Empat persen atau dua persen saya enggak tahu. Kalau dia gunakan cara seperti itu, kasihan dia dong. Berarti 96 persen orang Jakarta enggak suka dia. Kan kasihan," kata Ahok di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin (1/2).
Menurut Ahok, Adhyaksa salah memahami hasil survei CSIS tentang elektabilitas cagub DKI.Β Namun Ahok memaklumi karena Adhyaksa dulunya adalah Menteri Pemuda dan Olahraga, jadi tidak terlalu paham soal kerumitan survei.
Ahok menilai survei yang menunjukkan angka keunggulan dirinya yang tak sampai lebih dari 50 persen itu merupakan survei kategori 'top of mind' alias 'puncak benak'. Hal ini, menurut Ahok, haruslah juga dipahami Adhyaksa.
Nah, pernyataan Ahok ini bikin Adhyaksa tersinggung. Adhyaksa yang punya gelar doktor di bidang kelautan dan perikanan ini pun mengingatkan Ahok agar jangan jumawa.
"Jadi jangan mengecilkan orang. Pak Ahok jangan jumawa, jangan sombong, jangan kalap. Coba dibaca secara clear bahwa pernyataan saya dari 100 persen popularitas itu hanya 43 persen yang memilih beliau berarti 57 persen tidak memilih beliau. Kalau Adhyaksa 96 persen dibilang tidak suka, beda dong bos. Adhyaksa belum deklarasi, bukan incumbent, popularitasnya 50%, artinya banyak yang tidak tahu siapa Adhyaksa," papar Adhyaksa sembari mengingatkan Ahok untuk fokus memikat 57 persen pemilih yang menurutnya belum memilih Ahok saat ini.
Menanggapi itu, Ahok pun merendah. Dia menilai agar Adhyaksa tak perlu marah mendengar komentarnya.
"Ya jangan memarahi saya yang lebih bodoh dong. Sama Doktor ya saya enggak sebanding dong," kata Ahok sambil tersenyum santai.
2. Kritik Sandiaga Kepada Ahok yang Berpaling dari Rakyat
Kandidat calon gubernur DKI pada Pilgub 2017 Sandiaga Uno menilai pemerintahan Gubernur Basuki T Purnama (Ahok) tak memperhatikan penyediaan lapangan pekerjaan. Ahok juga dinilai belum terlalu memperhatikan kestabilan harga-harga kebutuhan pokok masyarakat.
Ini disampaikan Sandiaga saat berbincang bersama Ketua DPD PDIP DKI Boy Sadikin di rumah mantan Gubernur DKI Almarhum Ali Sadikin, Jl Borobudur 2, Menteng, Jakarta Pusat. Menurut Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra ini, Pemerintah Provinsi DKI harus mengubah iklim usaha menjadi lebih kondusif. Pemprov DKI juga tak boleh menyulitkan pelaku usaha.
"Isu soal ekonomi, lapangan pekerjaan, dan harga-harga. Pemerintah enggak hadir sama sekali. Pemerintah bisa dibilang berpaling muka dari golongan yang membutuhkan lapangan kerja dan stabilnya harga-harga," kata Sandiaga.
Menurut pria yang memiliki latar belakang bisnis ini, iklim usaha yang kondusif juga bisa tercipta bila pemerintah eksekutif dengan legislatif punya hubungan harmonis. Pemprov DKI tak perlu bermusuhan dengan DPRD DKI.
Mengenai kritikan tersebut, Ahok menanggapinya dengan santai. Menurut Ahok soal minimnya lapangan pekerjaan, warga Jakarta sudah rasional memberi penilaian.
"Jadi saya katakan ini akan menguntungkan warga DKI untuk mendengar, melihat yang disampaikan mereka itu masuk akal nggak? Apa cuma ngomong doang apa masuk akal? Nah ini menarik," kata Ahok di Balai Kota, Minggu (7/2).
Ahok juga menantang agar kelak para penantangnya melakukan riset terlebih dulu sebelum melontarkan kritik. Penggunaan data akurat menurut Ahok justru baik untuk mengetahui kapasitas calon juga pengetahuannya mengenai Jakarta.
"Makanya saya bilang, lebih baik ikut, nanti ikut, bawa data, ngomongin ke orang Jakarta ni data kita begini, 'Ahok jadi gubernur payah nih, kalau pilih gua, gua bisa perbaiki'," imbuh dia.
3. Ridwan Kamil Masih Galau Tantang Ahok
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil belum memutuskan maju dalam Pilgub DKI 2017 meski punya modal elektabilitas. Kang Emil begitu dia disapa, mengaku tak takut bersaing dengan incumbent Ahok dalam Pilgub, hanya saja masih banyak yang dipertimbangkan.
Meski masih dilema,Β Kang Emil ternyata bergerak juga. Dia diam-diam menjalin komunikasi dengan sejumlah ketum parpol. Diduga untuk persiapan menghadapi Pilgub DKI.
Ia berkilah tengah mengumpulkan infomasi untuk kemudian bersiap menghadapi Ahok. Saat ini dia sudah mengantongi 60% persiapan untuk maju Pilgub DKI. Namun ia belum akan menyatakan sikap politiknya dalam waktu dekat.
"Saya hanya menghadiri undangan, diundang Pak Prabowo saya datang. Diundang Pak Aburizal Bakrie saya datang. Diundang PKS, by phone, dan lain-lain. Tapi saya nggak mengambil keputusan apa-apa," kata Ridwan Kamil di Hotel Fairmont Senayan, Rabu (27/1).
Menanggapi tanggapan tersebut, Ahok justru mulai menggoda Ridwan Kamil untuk jadi pesaingnya. Sebab, Ahok mengaku senang apabila banyak tokoh yang mau berpartisipasi dalam Pilgub 2017 mendatang. Sebab dengan begitu, warga Jakarta memiliki banyak pilihan.
"Kalau dia (Ridwan) sudah 'pasang' (mendeklarasikan diri maju sebagai cagub DKI-red), dia bisa mengalahkan saya. Bisa saja," kata Ahok di Balai Kota, Senin (25/1) malam.
4. Optimisme Lulung yang Bisa Kalahkan Ahok
Nama Haji Lulung santer digadang-gadang menjadi salah satu kandidat melawan Ahok dalam Pilgub DKI 2017. Jawara Tanah Abang ini juga menyebut dirinya masih menanti keputusan partai. Jika didukung oleh teman-teman internal, maka Lulung siap melaju ke panggung kontestasi tersebut.
Lulung bahkan yakin bisa mengalahkan Ahok. Lulung menyebut salah satu tanda 'kekalahan' popularitas Ahok adalah kekalahan sang adik, Basuri Tjahaja Purnama, dalam memperebutkan kursi bupati di Belitung Timur dalam pilkada serentak. Lulung menlai kekalahan Basuri tidak terlepas dari perilaku Ahok yang kerap ekstrem.
Meski acap kali terlihat seperti minyak dan air, namun hal ini tidak membuat Sekjen PPP hasil Muktamar Jakarta, Dimyati Natakusumah, tertarik 'mengawinkan' keduanya. Namun baik Ahok maupun Lulung menolak wacana tersebut.
"Orang calon gubernurnya gue. Gue enggak mau. Gue enggak mau sama Ahok. Nanti gue ikut gila. Gue ogah. Enggak mau," kata Wakil Ketua DPRD DKI itu sambil geleng-geleng kepala di Kemenkum HAM, Senin (4/1).
5. Ahok Siap 'Head to Head' dengan Yusril
Yusril Ihza Mahendra mengaku siap adu kepala atau head to head melawan Ahok di pemilihan calon gubernur Jakarta 2017 nanti. Yusril sendiri berniat maju di Pilgub DKI 2017 usai mencermati kakak Yusril, Yuslih Ihza, berhasil mengalahkan adik Ahok, Basuri Tjahaja Purnama, di pemilihan Bupati Belitung Timur.
Menurut pengacara kondang tersebut, jika hanya ada dua pasangan maka nanti masyarakat bisa fokus menentukan pilihannya tanpa terpecah. Bahkan, dia berharap pilgub DKI mirip dengan pemilihan calon Presiden dan Wakil Presiden 2014 lalu. Saat itu hanya ada dua pasang calon. Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla head to head melawan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Menanggapi itu, Ahok berharap Yusril benar-benar merealisasikan niat tersebut. Majunya Yusril, bagi Ahok justru membuat Pilgub ramai pilihan calon.
"Bagus! Justru aku harap Bang Yusril bisa maju," kata Ahok usai meresmikan Ruang Publik Terbuka Ramah Anak (RPTRA) Borobudur, Senin (25/1).
Halaman 2 dari 6