Kalau dilihat sekilas, tak ada yang berbeda dengan kendi-kendi pada umumnya. Namun, jika dibalik, akan ketahuan uniknya.
Usut punya usut, untuk memasukan air ke dalam kendi tersebut harus melalui bagian bawahnya. Kendi dibalik, air dituang, lalu dibalik lagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Detikcom mencoba mengunjungi tempat penjualan kendi maling di Desa Banyumulek, Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Menurut pemilik toko, Haeniatun, kendi maling di tempatnya merupakan kerajinan yang dibuat oleh masyarakat desa sekitar.
"Harganya bermacam-macam, mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp 125 ribu. Kendi maling menjadi salah satu gerabah favorit di sini," jelas Haeniatun, Minggu (7/2/2016).
Heniatun menjelaskan, produk gerabahnya juga sudah mencapai pasar internasional, khusunya ke Italia dan Australia. Selain kendi maling, ada pula tempat lilin, asbak, tempat buah-buahan, hingga gentong.
"Gerabah di sini kualitasnya beda. Tidak sembarang tanah liat yang digunakan. Diambil di Gunung Sasak. Lebih kuat dibanding tanah-tanah lain," jelas Haeni.
"Kita sudah ekspor ke Eropa ya, ada Italia. Ke Australia juga. Harga barang di kita mulai dari Rp 15.000 hingga Rp 2 juta," imbuhnya.
Ke depan, Heniatun berharap pemerintah setempat bisa terus membantu mempromosikan produk-produk gerabahnya.
"Pemerintah paling bantuan promosi-promosi saja. Kadang ada pelatihan-pelatihan dari Pemda, kita diundang ke hotel," ujar Haeni yang memiliki 10 karyawan di tokonya itu.
(rna/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini