Urip Berharap Gubernur Rano Karno Bantu Pengobatannya

Urip Berharap Gubernur Rano Karno Bantu Pengobatannya

Ahmad Masaul Khoiri - detikNews
Jumat, 05 Feb 2016 18:20 WIB
Urip membantu mengatur lalu lintas (Foto: Masaul/detikcom)
Jakarta - Urip (50), pengidap neurofibromatosis sehingga tubuhnya dipenuhi benjolan tumor, berharap uluran tangan dari pemerintahan yang dipimpin Walikota Tangerang Arief R Wismansyah maupun Gubernur Banten Rano Karno.

"Belum ada tanggapan dari Gubernur, Walikota saja belum. Padahal ngarep juga. Saya berharap Gubernur Banten dapat membantu," ujar Urip di rumahnya yang sederhana di RT 1 RW 4 Kelurahan Pasir Jaya, Kecamatan Jatiuwung, Tangerang, Jumat (5/2/2016).

Hari ini Urip kedatangan pengusaha asal Jakarta yang memberikan bantuan senilai Rp 7,5 juta. Uang itu akan digunakan Urip untuk pengobatan dan biaya sehari-hari.
Urip saat disantuni pengusaha (Masaul/detikcom)


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Urip mengatakan dokter puskesmas sudah datang ke rumahnya untuk mengambil KTP dalam rangka pembuatan BPJS. Hingga kini dia masih menunggu kartu BPJS jadi.

Urip selama ini tinggal sendirian di rumah yang sempit. Dia bekerja sebagai pengatur lalu lintas dan penjual bensin.

Urip sempat menikah dengan warga Tangerang bernama Aya saat umurnya 20 tahun. Keduanya berpisah setelah menikah selama setahun karena masalah ekonomi, bukan karena penyakit yang diderita Urip. Mantan istrinya itu kini telah menikah lagi. "Waktu nikah sudah ada bintik ini, nggak banyak. (Dia) Udah hak orang lain, dah bebas," terangnya.

Warga Membantu Urip

Tetangga Urip, Aspi (58), mengaku kenal dengan Urip yang akrab disapa Uwa. Menurut Aspi, Urip dulunya normal namun lama kelamaan benjolan di tubuhnya semakin banyak.

"Saya kenal Uwa dari 1981. Dia dulu normal tapi sekarang (benjolannya) lebih gede," kata Aspi.

Aspi mengatakan, awalnyaUripΒ  bekerja sebag
Tetangga Urip, Aspi (Masaul/detikcom)
ai petani membantu kakaknya. Sedang saat musim paceklik, Urip membantu-bantu di rumah ibu Aspi.

"Uwa dulu ikut ibu saya terus pisah semenjak ibu saya meninggal. Dia bangun kontrakan sendiri di atas tanah ibu saya. Uangnya dari hasil mengatur lalu lintas. Kalau saya masak ya saya ngasih, semenjak ibu saya meninggal," tutur Aspi.



Kakaknya Urip dua hari sekali datang untuk menengoknya sambil membawa nasi. Bila kakaknya tidak datang, Urip membeli makanan matang.

Meski Urip menderita banyak benjolan, warga tidak meledeknya. Warga mengerti penyakit Urip tidak menular.

"Kalau lagi nyampur warga sini ya biasa saja, kumpul-kumpul. Suka kasih uang anak saya kalau lagi ada rezeki," kata Aspi.

Aspi bercerita bahwa Urip pernah berobat namun putus di tengah jalan karena tidak ada biaya dan tidak ada bantuan pemerintah. Keluarga Urip juga tidak bisa mengantar ke RS karena sibuk mengais rezeki.

"Keluarganya kan sama-sama orang susah. Kalau kata orang Sunda 'korek-korek cok' seperti ayam, nyari makan baru dipatok," terangnya.

Urip sehari-hari menjual bensin dan membantu mengatur lalu lintas ini mengidap neurofibromatosis, kondisi yang menyebabkan seluruh tubuhnya dipenuhi benjolan. Neurofibromatosis muncul akibat adanya mutasi genetik ketika masih dalam kandungan. Pakar mengatakan penyakit ini bersifat keturunan dan bukan penyakit menular.

Urip mengaku benjolan mulai tumbuh saat dia berusia 18 dan berukuran kecil. "Nggak gatal, nggak sakit juga buat tidur," tutur Urip.

(nwy/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads