Ada juga yang datang sekeluarga seperti dilaporkan Antara dari Jembatan Ampera. Karena kehadiran mereka, masyarakat lokal yang awalnya tak memperhatikan jadi ikut menonton gerhana.
Awalnya warga Palembang yang melintas di Jembatan Ampera keheranan dengan keluarga Jepang yang sibuk memotret dan melihat matahari. "Ah, bagus, bagus sekali," kata ibu dari keluarga itu ketika gerhana mencapai totalitasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu sebanyak 200 orang astronom dari Negeri Sakura berkumpul di Lapangan Golf Kenten. Total ada 1.200 turis gerhana datang ke Palembang pada gerhana 1988.
(Baca juga: Gerhana Matahari Total 'Pulang' ke Palembang)
Serombongan pelajar juga nekat bolos sekolah demi gerhana. Saking penasarannya dengan gerhana, mereka memilih absen karena sekolah tak memberi waktu khusus buat melihat gerhana.
Sebagian warga Palembang memilih salat saat berlangsungnya gerhana. Uniknya, usai salat, mereka santap bersama pempek dan berugo.
Ada juga masyarakat yang memilih sembunyi dari gerhana karena takut matanya buta. Warga Tangga Buntung, misalnya, berdiam di rumah dan menutup jendela rapat-rapat. Bahkan ada orangtua yang melarang semua anggota keluarganya berbicara selama gerhana.
Seorang perempuan di kampung 16 Ulu bahkan sampai bersembunyi di kolong tempat tidur. Rupanya ia percaya mitos bahwa perempuan hamil yang keluar saat gerhana akan membuat kulit bayinya belang.
Gerhana matahari total kembali melintasi Palembang pada 9 Maret 2016. Kali ini pemerintah daerah menyiapkan berbagai acara agar warga ikut memeriahkan fenomena langka ini.
Pemprov Sumatera Selatan sudah menyiapkan berbagai acara buat meramaikan momen langka ini. Ada acara festival foto internasional, glowing night run, atraksi budaya, pertunjukan barongsai, dan pelepasan lampion.
Setiap daerah yang dilintasi gerhana matahari total memang diminta menyiapkan diri. Kementerian Pariwisata menargetkan ada 100 ribu turis asing yang berburu gerhana ke Indonesia. (okt/okt)