Acara digelar di mal Sri Ratu di Jalan Pemuda Semarang dan dibuka sejak hari Kamis (4/2) kemarin sampai hari Senin (8/2) mendatang. Firdaus Adi Negoro, selaku penyelenggara dari Komunitas Kuliner Semarang memang sengaja digelar untuk memperingati Imlek.
"Ini ide dasarnya dalam rangka Imlek. Bikin festival bersama yang memang spesaialisasinya babi. Acara ini diperuntukkan hanya untuk yang boleh makan babi," kata Firdaus kepada detikcom di lokasi acara, Jumat (5/2/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Aneka olahan daging babi yang dihidangkan oleh 20 stand sangat beragam. Mulai olahan biasa seperti sate, rica-rica, nasi campur, pepes, dan lainnya hingga kuliner yang tradisonal maupun modern seperti Bak Cang dan Nyuk Piang.
"Ini semua pedagangnya dari Semarang," tandasnya.
Antusias dari para pengunjung ternyata luar biasa. Dari acara dibuka pukul 09.00, pengunjung sudah berjubel bahkan beberapa pedagang kehabisan bahan dan menutup lapak mereka hanya dalam kurun waktu beberapa jam sejak dibuka, padahal acara direncanakan tutup pukul 21.00.
"Hari pertama kemarin jam 18.00 sudah habis. Ini tadi ada yang pakai daging impor habis dalam waktu satu jam," ujar Firdaus.
Festival yang baru pertama kali digelar di Semarang itu juga memiliki tujuan mempertemukan pedagang yang selama ini tidak diketahui oleh pecinta kuliner daging babi. Firdaus menjelaskan dalam Pork Festival, 60% pedagang merupakan pedagang rumahan dan sisanya yang sudah memiliki restoran.
"Dengan begini yang home made bisa dikenal dan bisa order lewat telepon atau online. Memajukan perekonomian mereka juga," tandasnya.
Firdaus menyadari acaranya itu bisa mengundang kontoversi. Namun hal itu sudah diantisipasi dan mendapat dukungan dari pemerintah serta izin dari kepolisian.
Cara yang dilakukan yaitu menggelar acara ditempat terbatas, yaitu di dalam tenda besar dengan dua pintu masuk. Judul acara pun dipajang besar di setiap pintu lengkap dengan keterangan dan gambar babi. Bahkan ada panitia yang siap memberi tahu jika ada pengunjung yang bingung atau terlihat berhijab.
"Di dalam kita pasang logo, di luar di dua sisi. Ada teman yang akan mengingatkan di dua pintu kalau misal ada yang berhijab masuk kita beritahu," pungkas Firdaus.
![]() |
Langkah lainnya untuk menghormati pihak yang diharamkan mengkonsumsi daging babi, panitia juga sama sekali tidak memasang iklan berupa spanduk atau selebaran di luar area festival.
"Seperti halnya anjuran pemerintah tentang kaleng yang sisinya mengandung babi harus dipasang stiker peringatan. Kita lakukan hal yang sama di Pork Festival, nama itu supaya tidak ada rekan pecinta kuliner yang dilarang makan babi hadir," terangnya.
Dengan adanya Pork Festival, Firdaus juga berharap agar bisa diambil hikmahnya yaitu pendidikan toleransi tentang perbedaan. "Ini proses pendidikan toleransi, jadi perbedaan harus diterima dengan tangan terbuka," tegasnya. (alg/trw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini