Begini Skenario yang Mungkin Terjadi di Pilgub DKI 2017

Begini Skenario yang Mungkin Terjadi di Pilgub DKI 2017

Erwin Dariyanto - detikNews
Jumat, 05 Feb 2016 15:53 WIB
Peneliti CSIS Arya Fernandes (Foto: Ari Saputra/detikcom)
Jakarta - Peluang Yusril Ihza Mahendra head to head melawan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Pilkada DKI Jakarta diprediksi sulit terjadi. Peneliti bidang politik Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes memprediksi Pilkada DKI akan diikuti lebih dari dua pasang calon.

Baca juga: Tiga Alasan Yusril Sulit Head to Head Lawan Ahok

Pilkada DKI mensyaratkan bahwa pemenang harus mendapatkan suara 50 persen plus satu. Kalau di putaran pertama tak ada yang mendapatkan suara 50 persen plus satu, pilkada DKI digelar dua putaran. Lalu, bagaimana skenario yang akan terjadi di Pilgub DKI?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Arya ada dua kemungkinan bila Pilkada DKI diikuti tiga pasangan calon. Pertama jika ketiganya adalah orang yang sama-sama kuat, Pilkada DKI bisa dua putaran. Di sini Ahok berpeluang maju ke putaran kedua.

Namun jika melihat hasil survei CSIS yang dipublikasikan Januari 2016, dengan ada tiga pasangan cagub bertanding, Ahok berpeluang menang satu putaran.

Baca juga: Ini Elektabilitas Para Calon Pesaing Ahok di Pilgub DKI

"Kalau lihat data per Januari jika ada tiga pasang calon berkualitas di DKI, Ahok masih bisa menang satu putaran," kata Arya saat dihubungi detikcom, Jumat (5/2/2016).



Nah, jika Pilkada DKI diikuti lebih dari 4 pasang ada dua kemungkinan juga yang bisa terjadi. Pertama, jika tren suara Ahok setelah disurvei stagnan maka Pilkada DKI bisa terjadi dua putaran. Namun kalau tren suara Ahok menunjukkan peningkatan, Ahok berpeluang menang satu putaran.
Β 
Stagnan atau tidak suara Ahok akan dipengaruhi oleh lawan calon gubernur yang akan maju, komposisi kandidat, dan bakal cawagub Ahok. "Calon wakil gubernur harus bisa memberikan (tambahan) suara untuk Ahok," kata Arya. (erd/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads