Fitri 'Spiderkid' Ingin Jadi Atlet Panjat Tebing dan Bahagiakan Ibunya

Fitri 'Spiderkid' Ingin Jadi Atlet Panjat Tebing dan Bahagiakan Ibunya

Edward Febriyatri Kusuma - detikNews
Kamis, 04 Feb 2016 23:18 WIB
Foto: Fitri Spiderkid
Jakarta - Tak banyak orang yang tahu kalau Fitri 'Spiderkid' mempunyai cita-cita ingin hidup normal dan membahagiakan orang tuanya. Cerita itu terungkap ketika Sumarni (49) ibu kandungnya bercerita kenangan terakhir anak bungsunya.

"Setiap malam Pipit selalu cerita pingin hidup normal punya rumah dan bisa membahagiakan orang tuanya. Dia pingin jadi atlit panjat tebing supaya bisa banggakan ibu bapaknya," ujarΒ  Sumarni ditemui di kediamannya, Ciputat, Tangerang Selatan, Kamis (4/2/2016).

Fitri alias Pipit merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Kebiasaannya naik menara sutet menjadi sorotan masyarakat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dulu ngontrak di situ (Kampung Sawah). Ulah Pipit pro dan kontra karena ada juga yang risih melihatnya, tapi sekalinya peduli mereka sangat sayang," tuturnya sembari meneteskan air mata.
Ibu Pipit

Sepeninggal sang suami, Sumarni berjuang menghidupi anak-anaknya. Penghasilan buruh cuci tentu tidak mencukupi kebutuhan mereka.

"Sinta kakaknya yang pertama sudah menikah, tinggal saya sama Pipit dan Faris Susanto kakaknya yang nomor dua. Penghasilan sebagai buruh tidak cukup buat sehari-hari, terlebih kakaknya juga sakit seperti itu (Hydrocepalus). Untungnya pemilik kontrakan ngerti kondisi kami, beliau kasih kami gubuk buat ditinggalin, karena di sana (kontrakan) banyak yang ngeluh lihat tingkah pipit," paparnya.

Sumarni sendiri sudah pasrah melihat kebiasaan anak bungsunya. Namun dirinya tidak tinggal diam begitu saja. Apapun diperbuatnya demi hidup kedua anaknya.

"Meski banyak yang mencaci anak saya, tapi di mata saya Pipit anaknya baik. Dia periang, kalau diajarin cepat menangkapnya. Selama ini saya berjuang buat hidup dia, bahkan dia kerap bantuin saya buat dagang di kelurahan kalau nggak ada cucian," paparnya.

Sumarni sendiri tinggal di rumah berukuran 3x6 meter, dengan dinding terbuat dari triplek. Rumah tersebut berdiri di atas tanas kosong milik warga. Dia bersama kedua anaknya diperkenankan untuk menempati tanah tersebut.

"Di sini sudah hampir 8 bulan, semenjak bapaknya meninggal saya nggak tau tinggal di mana terlebih banyak yang tidak suka juga dengan ulah anak saya. Sampai akhirnya pemilik kontrakan memperbolehkan saya tinggal di sini. Dibantu Sinta kakaknya Pipit saya bangun gubuk ini seadanya," paparnya.

Dibalik cibiran dan cacian maki yang sudah menjadi makanan sehari-hari Sumarni. Ada juga orang-orang yang mempedulikan Pipit.
Kakak Pipit

"Ya ulahnya yang suka naik tower sutet jadi bahan omongan. Tapi ada juga yang sayang sama Pipit, Terakhir kalinya saya lihat senyum di wajah anak saya beberapa minggu lalu, Pipit diajak ke mal. Di sana dia disuruh milih apa aja, terus makan enak, dia bilang bahagia karena merasa punya bapaknya lagi," tuturnya sembari menangis sesenggukan.


Sumarni pun mengaku sudah ikhlas atas kematian anak bungsunya. Tak ada rasa dendam sedikit pun di dalam hatinya.

"Saya sudah ikhlas, Pipit udah dimandiin bahkan jenazahnya udah dikubur. Saya nggak perpanjang biarin aja nanti Allah yang membalas," pungkasnya.

(edo/Hbb)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads