Seto Mulyadi, psikolog anak, yang sering berinteraksi dengan Fitri mengatakan Fitri menderita sindrom autis spektrum ringan karena memiliki gejala selalu bermasalah komunikasi dengan orang lain dan melakukan perilaku berulang seperti memanjat. Namun, Fitri dinilai Kak Seto cerdas.
Buktinya, Fitri suka bermain ke rumah Kak Seto, panggilan Seto Mulyadi, sendirian. Dan selalu bisa menemukan jalan pulang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kak Seto mengatakan, kala Fitri bermain ke rumahnya, kadang-kadang suka bercerita lama, kadang sebentar. Kalau tidak bertemu Kak Seto di rumahnya, Fitri marah-marah.
"Kalau nggak ada saya marah-marah, naik-naik, kejar-kejaran. Orang yang nggak ngerti anggapannya bandel," imbuh dia.
Bila ke depan ada anak seperti Fitri, yang autis dan dari keluarga tak mampu, sedangkan sekolah dan terapi autis mahal, bagaimana menanganinya?
"Ini harusnya tanggung jawab Pemda ya. Sudah disampaikan ke Dinas Sosial yang segera menangani kasus ini, anak berkebutuhan khusus dan berbakat panjat tebing, kalau disalurkan akan jadi sangat baik. Mudah-mudahan ini jadi pembelajaran pemerintah daerah, memberi perhatian lebih serius, ditangani segera. Alangkah sayang kalau ini tidak ditangani, tidak ada penyaluran bakatnya," jawab Kak Seto.
Halaman 2 dari 1