Diakui Buwas, masih ada kesulitan karena faktor luasnya wilayah negara kesatuan Republik Indonesia dan terbatasnya personel.
"Dalam menangkal dan menindak peredaran narkoba, belum optimal karena luasnya wilayah NKRI, terbatas personel, dan anggaran, serta sarana/prasarana termasuk teknologi intelijen," ujar Buwas di ruang Komisi III, Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (4/2/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, terjadi penurunan pada kelompok coba pakai dengan estimasi kurang lebih 20 ribu orang dari tahun 2014-2015 yang sebelumnya mengalami penurunan.
"Ada juga terjadi kenaikan pada Teratur Pakai, pecandu Non Suntik, dan Pecandu Suntik estimasi kurang lebih 100 ribu orang dari tahun 2014-2015," sebut eks Kabareskrim itu.
Lanjutnya, Buwas menambahkan mengacu trend penyalahgunaan narkoba tersebut, maka diprioritaskan penegakan hukum untuk mengurangi pasokan. Hal ini mengingat banyaknya arus masuk narkoba dari luar negeri seperti jenis sabu.
Dia pun mengungkapkan penggerebekan terhadap sindikat narkoba di Jakarta, Medan, sampai Jepara.
"Pada awal 2014 sebesar 862 kg di Jakarta, Oktober 2015 sebesar 270 kg di Medan, dan yang baru-baru ini ditangkap di Jepara sebanyak kurang lebih 100 kg sabu dilakukan oleh sindikat Pakistan," tuturnya.
Kemudian, dia mengatakan meski jumlah kelompok coba pakai mengalami penurunan, upaya pencegahan akan dilakukan intensifikasi melalui berbagai upaya. Salah satu upaya pencegahan seperti mengupayakan kurikulum terintegrasi di setiap lingkungan jenjang pendidikan.
"Tahun ini akan dibuat khusus materi pengayaan untuk semua jenjang pendidikan," tuturnya.
Setelah Buwas memaparkan presentasinya, saat ini hingga pukul 11.50 WIB, masing-masing anggota Komisi III mengajukan pertanyaan dan saran terhadap BNN dalam sesi pendalaman.
Adapun rapat dengar pendapat ini dipimpin Wakil Ketua Komisi III Mulfachri Harahap. Rapat dihadiri 22 anggota Komisi III dari 9 fraksi.
(hat/rvk)











































