Raja Kadipaten Puro Pakualaman ini telah mangkat pada Sabtu, 21 November 2015 yang lalu. Dua minggu sebelumnya, sang Raja masih sempat memangkas rambutnya di kios Darman.
Tak ada firasat aneh yang dirasakan Darman pada pertemuan terakhirnya itu. Hanya saja Paku Alam meminta agar potongan rambutnya dimasukkan ke dalam amplop untuk dibawanya pulang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Biasanya kalau Suro memang begitu untuk dilarung. Tapi saat itu bukan Suro," kenang Darman.
Selebihnya, Darman mengenang Paku Alam IX adalah figur yang sederhana. Dia begitu mengagumi kerendahan hati raja yang menghembuskan nafas terakhirnya di usia 77 tahun ini.
"Beliau tidak pakai sopir kan ya. Ke mana-mana nyetir mobil sendiri. Saya pernah tanya, katanya kalau beliau masih bisa, kenapa harus pakai sopir," tuturnya.
Tak hanya itu, datang setiap dua bulan sekali, tidak ada permintaan khusus kepada Darman setiap akan memangkas rambut. Paku Alam IX akan langsung duduk dan memasrahkan kepercayaan sepenuhnya kepada Darman.
![]() |
"Beliau sudah percaya pada saya, merem saja selama saya potong. Saya rapikan saja rambutnya, kalau telat potong rambut beliau 'ting sliwir' (menjuntai ke mana-mana)," kata Darman.
Begitu mendengar kabar pelanggannya itu mangkat, Darman sangat berduka. Dia pun datang melayat dan berdoa di dekat jenazah raja yang dikaguminya.
"Ada abdi dalemnya yang mengenal saya, lalu saya diantar mendekat ke jenazah beliau," tuturnya.
Meski jadi langganan pejabat dan pengusaha, Darman terlihat sederhana. Dia memperlakukan pelanggan sama. Mungkin, justru karena sikap itu, kios pangkas rambutnya jadi istimewa. (sip/trw)